Mohon tunggu...
Mang Pram
Mang Pram Mohon Tunggu... Freelancer - Rahmatullah Safrai

Penikmat kopi di ruang sepi penuh buku || Humas || Penulis Skenario Film || Badan Otonom Media Center DPD KNPI Kota Cilegon

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Puasa, Waisak, dan Ajaran Toleransi Sunan Gunung Jati di Banten

7 Mei 2020   19:01 Diperbarui: 7 Mei 2020   19:07 766
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Vihara Avalokitesvara Banten Lama / DOKPRI

Perayaan Waisak oleh umat Buddha bisa tetap harmonis dengan warga lokal yang sedang melaksanakan ibadah puasa. Pemandangan ini bisa dilihat dari aktifitas di masing-masing tempat ibadah, Vihara Avalokitesvara dan Masjid Agung di Kawasan Banten Lama. Nilai-nilai toleransi yang tetap terjaga sejak abad ke-16 hingga saat ini.

Keberadaan agama buddha dan tempat ibadahnya ini tidak lepas dari peran Syarif Hidayatullah atau yang dikenal dengan nama Sunan Gunung Jati. Setelah terjadi pernikahan dengan putri kaisar Cina bernama Putri Ong Tien, Sunan Gunung Jati memberikan kebebasan kepada para pengikut Putri Ong Tien untuk bermukim dan mendirikan tempat ibadah di sebelah utara Masjid Agung Banten.

Berdasarkan cerita dalam buku Ragam Pusaka Budaya Banten (2005) latar belakang sejarah pendidiran vihara dihubungkan dengan cerita masyarakat setempat. Pada zaman dahulu ada rombongan dari Cina singga ke Banten sebelum melanjutkan perjalanan ke Tuban. Sayangnya ketika singgah di Banten terjadi persiteruan dengan warga setempat.

Perseteruan itu kemudian menjadi perkelahian. Rombongan Cina yang dipimpin oleh Putri Ong Tien mengalami kekalahan. Berawal dari persiteruan kemudian menjadi cinta. Sunan Gunung Jati  menjadikan Putri Oang Tien sebagai istri.

Putri Oang Tien kemudian memeluk islam dan hidup bersama Sunan Gunung Jati di Cirebon sampai masa akhir hayatnya. Sementara para pengikutnya terbelah menjadi dua, ada yang memeluk islam, ada yang tetap mempertahankan keyakinan Buddha. Mereka mendirikan pemukiman di sebalah utara Masjid Agung Banten yang dikenal sebagai Pecinan atau Kampung Cina.

Keberadaan umat Buddha ini kemudian dibangun Vihara Avalokitesvara yang dimulai sejak 1542, tepatnya di Desa Dermayon dekat dengan Masjid Agung Banten. Namun, pada tahun 1774 vihara dipindahkan ke Kawasan Pamarican hingga sekarang. Pemberian nama Avalokitesvara berasal dari bahasa Sanskerta, artinya untuk Dewi Kwan Im yang diyakini suka menolong manusia dari berbagai kesulitan.

Seiring berjalannya waktu, terjadi percampuran perkawinan dan budaya warga pendatang dari Cina dan warga lokal. Hingga kini bukti sejarah bisa dilihat dengan keberadaan Masjid Tinggi Cina yang kondisinya sudah tidak utuh dan menyisahkan mimbar dan menara saja. Bukti lainnya adalah Vihara Avalokitesvara yang kini masih terawat dan dijadikan tempat ibadan.

Vihara Avalokitesvara disebut juga sebagai Klenteng Tri Darma, karena vihara ini melayani tiga kepercayaan umat sekaligus, yaitu Kong Hu Cu, Taoisme, dan Buddha.  Berdiri di atas tanah seluas 10 hektare, vihara ini bisa dikunjungi oleh siapa pun, termasuk para wisatawan yang sekedar ingin berkunjung untuk menikmati keindahannya.

Perayaan upacara keagamaan seperti Waisak setiap tahun dilaksanakan di Vihara ini. Di tengah pandemi covid-19, perayaan dibatasi dan tidak seramai seperti biasanya. Meski begitu, segala perayaan keagamaan Islam dan Budha, warga selalu terlibat bersama dan saling menghargai.

Ketua Pembina Yayasan Vihara Avalokitesvara Sutanta Ateng dalam suatu kesempatan bercerita, dahulu pendatang dari Cina banyak mengajarkan warga lokal tentang ilmu pertanian, perdagangan, dan pengobatan. Inilah yang kemudian keberadaanya diterima oleh warga lokal. Bahkan sampai terjadi pernikahan antar keduanya. Hubungan menjadi erat karena ada ikatan keluarga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun