Mohon tunggu...
Langit Muda
Langit Muda Mohon Tunggu... Freelancer - Daerah Istimewa Yogyakarta

Terimakasih Kompasiana, memberi kesempatan membaca dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Seandainya Mudik Online Terjadi di Akhir 90-an

19 Mei 2020   07:33 Diperbarui: 19 Mei 2020   14:47 630
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anggap saja sekitar tahun 1999. Anggap saja terjadi sesuatu dan lain hal yang mengakibatkan orang-orang tidak dapat melakukan perjalanan ke luar kota.

Tapi jangan karena sebab Corona. Kasihan, membayangkan waktu itu, belum ada gofood, belum bisa main internet di gawai.

Kalau ada mahasiswa terjebak di kosan, kampus ditutup, tidak bisa mudik, betapa besar penderitaan yang mesti ditanggung. Kalau harus "stay dikosan aja" selama berbulan-bulan, mungkin mahasiswa tersebut akan memilih sekalian bertapa plus puasa ngebleng. Siapa tahu, entar selesai lockdown sudah menguasai ajian Serat Jiwa hingga tingkat ke-7, atau Tapak Sakti level VIII (yang paham ini berarti wis tuwek ....).

Anggap saja perbatasan antar kota ditongkrongi oleh para monster, seperti Rita Repulsa, Lord Zedd, Decepticons, Godzilla, Boazanians, Frieza dan Piccolo. Sehingga mereka yang nekad mudik tidak akan lagi disuruh putar balik, tapi langsung ..... dikremus .... "Halah ... imajinasimu nggladrah tenan ...." Yo ben .... Sing penting temping ...

Karena penyebabnya bukan Corona jadi ndak perlu physical distancing. Ngeri kalau mbayangin jaman segitu mesti nerapin physical distancing. Lha wong di jaman itu KA Ekonomi saja dari bawah kursi, lorong kereta, dekat bordes, semuanya penuh orang.

Bahkan kalau lagi penuh-penuhnya toilet kereta juga dipakai buat duduk. Nah, bayangkan betapa hebatnya imunitas hidung orang-orang di jaman itu. Rupane kayak ngono kuwi, kok disuruh physical distancing ...

Baiklah, kita imajinasikan saja diri kita sebagai mahasiswa di masa itu, yang tidak bisa mudik. Jangan dibayangkan pada masa itu seperti sekarang di mana orang-orang membawa gawai kemana-mana.

Kalau ada mahasiswa yang kantong celananya nampak seperti nggembol sesuatu yang besar, itu bukanlah ponsel, paling permen hexos, kwaci, atau pagoda pastilles.

Kalaupun ada barang berteknologi yang digembolnya, paling disket HD ukuran 3,5 inchi. Ya, kalau disket yang ukuran lima seperempat inchi kan kegedean kalau dikantongi.

Mungkin juga kantongnya gede karena nggembol kunci lab. Nah, ini mesti mahasiswa tugas akhir. Memang waktu itu peraturan keamanan kampus masih longgar, ada yang membiarkan mahasiswa tidur di lab, kondisi lab jadi mirip kos-kosan.

Maklum, nyolong komputer di jaman itu lebih ribet. Casingnya berat-berat. Mau nyolong monitor? Segede gaban gitu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun