KOMENTAR
RAMADAN Pilihan

Ramadan dan Setelahnya

23 Mei 2020   06:30 Diperbarui: 23 Mei 2020   07:08 246 1

Ramadhan dan Setelahnya..

Setelah berpuasa sebulan penuh, kita sering menunggu momentum hari raya untuk merayakan sebuah kemenangan. Walaupun Idul Fitri dan Ramadhan terdapat dibulan yang berbeda, namun sering diartikan sebagai hari final atau finish setelah menjalani kewajiban berpuasa di bulan Ramadhan tersebut. Tidak salah memang kalau kita memaknai seperti itu karena yang terjadi di Indonesia dan budaya mayoritas masyarakat seperti itu adanya. Namun yang terdengar keliru adalah ketika memaknai idul fitri sebagai hari kemenangan tapi tidak diiringi sikap seorang pemenang. Ditambah lagi jika kita terlarut larut dalam euphoria seorang pemenang yang sering mengakibatkan sikap lupa daratan (lupa sekitar).  
Quraish Shihab memberi makna kata fitri sebagai kata serapan dari Bahasa arab yaitu fithri dan fithrah yang berarti asal kejadian, bawaan sejak lahir, naluri dan suci. Dalam Surat al-hijr ayat 28, Allah SWT berfirman ("dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, Sungguh, Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering dari lumpur hitam yang diberi bentuk")sehingga memaknai arti fitri yang terdapat dalam Al-Quran menjadikan kita sebagai pribadi yang tidak sombong karena kita toh juga berasal dari tanah.  

Secara garis besar nurcholis majid atau cak nur mengatakan bahwa hanya terdapat 2 hari perayaan dalam Islam yaitu idul fitri dan idul adha. sisanya bahwa isra miraj, nuzulul quran, maulid nabi dan hari besar lainnya merupakan hasil dari perjalanan sejarah dab budaya islam. Sebagai hari raya keagamaan tentu kita sudah seharusnya merenungi kembali hikmah dibalik itu, apakah hanya sebagai hari perayaan simbolik tanpa makna ataukah perayaan penuh nilai dan evaluasi diri.

Yang dimaksud perayaan simbolik disini ialah budaya dan kebiasaan yang biasanya terjadi, contohnya adalah tradisi masak ketupat,memakai baju baru, dan pembagia THR (Tunjangan Hari Raya) serta kebiasaan lainnya. Tentu ini tidaklah sepenuhnya salah, namun bisa mendekati kekeliaruan apabila tidak ada makna didalamnya. 

KEMBALI KE ARTIKEL


Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

Laporkan Konten
Laporkan Akun