KOMENTAR
RAMADAN

Orangtuaku, Guruku

16 Mei 2021   16:41 Diperbarui: 16 Mei 2021   16:47 283 1

Seorang yang paling berilmu, bila disandingkan dengan orang tuanya tetap kalah kemuliaannya. Seluruh kemuliaan seorang anak takkan bisa melampaui kemuliaan orang tuanya. Keilmuan, keshalehan dan ketakwaan seorang anak takkan bisa mengejar kedudukan orang tuanya.

Imam Ibnu Qayim Al-Jauziyah menjadikan ayahnya sebagai gurunya. Imam Syafii dan Imam Ahmad bin Hambal menjadikan ibunya sebagai gurunya. Imam Al-Ghazali menjadikan pamannnya sebagai gurunya. Orang tua dan semua orang yang menggantikan fungsi orang tua dijadikan guru oleh orang-orang pilihan.

Tahun kesedihan Rasulullah saw adalah saat pamannya Abu Thalib wafat. Peristiwa yang paling menyedihkan bagi Rasulullah saw adalah saat pamannya Hamzah dan Jafar bin Abdul Muthalib gugur di medan jihad. Walaupun Abu Thalib masih musyrik namun beliau  sangat menghormati dan mentaatinya sejak Rasulullah saw masih kecil. Karena Abu Thaliblah pengganti orang tuanya.

Rasulullah saw biasa berziarah ke makam ibunya Siti Aminah. Nabi Ibrahim tetap menghormati bapaknya yang masih musyrik. Derajat kenabian Nabi Ibrahim. Kemuliaannya sebagai kekasih Allah tidak membuatnya merasa lebih mulia dari bapaknya yang masih musyrik. Karena keberadaan siapapun di muka bumi, sebab kehadiran orang tuanya.

Nabi Yusuf sang bendaharawan kerajaan Mesir, tetap menghormati bapaknya Nabi Yakub. Bapaknya yang buta, hanya rakyat jelata, hidup dalam kekurangan tetap dihormatinya. Dengan diam-diam melalui saudaranya, mengirimkan sesuatu untuk bapaknya, agar saudaranya tak mengetahui bahwa Yusuf masih hidup.

Semua Nabi sangat menghormati orang tuanya. Tak peduli apakah orang tuanya masih musyrik. Tak peduli apakah orang tuanya sudah wafat. Tak peduli tingginya derajat sang Nabi dan Rasul di sisi Allah dan manusia. Karena kedudukan orang tua tak ada yang bisa mengejarnya dan menandinginya.

Ibuku beristiqamah dengan puasa daud dan keyakinan akan doa-doanya. Nenekku beristiqamah dengan shalat tahajud dan kemandiriannya. Bapakku orang yang gemar bersedekah, optimis akan masa depan dan bergerak dalam kesunyian. Itulah pengajaran luar biasa dari orang tuaku.

KEMBALI KE ARTIKEL


Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

Laporkan Konten
Laporkan Akun