KOMENTAR
RAMADAN Pilihan

Mengenang Tradisi Lek-Lekan Saat Sahur di Kawasan Ampel Surabaya

1 Mei 2021   12:26 Diperbarui: 1 Mei 2021   12:35 2290 10

Ramadan adalah bulan mulia. Bulan yang istimewa ini seringkali diisi tradisi-tradisi tertentu oleh masyarakat setempat.

Setiap Ramadan, ada tradisi khusus. Dan ini juga sangat beragam, bergantung dengan kondisi setempat.

Bak paribahasa "Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya", artinya: setiap daerah memiliki adat istiadat yang berbeda; satu aturan di suatu daerah bisa berbeda dengan aturan di daerah lain.

Setiap daerah memiliki berbagai tradisi yang berbeda. Meski berbeda, tradisi-tradisi tersebut punya tujuan yang sama : memeriahkan Ramadan!

Tradisi Saat Sahur

Bicara tradisi Ramadan, di Surabaya banyak sekali tradisi-tradisi yang dilakukan saat Ramadan tiba. Misalnya tradisi saat sahur.

Tradisi saat sahur masyarakat Surabaya ini juga beragam lho. Ada tradisi patrol dimana para pemuda berkeliling kampung untuk membangunkan orang sahur sambil memainkan musik patrol.

Ada juga yang membangunkan sahur dengan menyulut mercon bumbung, mercon khasnya Surabaya. Tentu ini tradisi yang cukup berbahaya, meski terasa meriah.

Ada juga tradisi lek-lek an yang khusus dilakukan di kawasan Ampel Surabaya.

Tradisi Lek-Lekan

Saya tumbuh besar di kawasan Ampel Surabaya. Kawasan Ampel yang dikenal multietnis ini membuat tradisi yang berkembang menjadi beragam.

Rasa rindu pada Ampel tak sebatas pada kelezatan aneka kulinernya saja, tapi juga tradisi yang ada disana. Salah satunya adalah tradisi lek-lekan.

Sebenarnya tradisi ini hampir sama dengan tradisi patrol. Para pemuda berkeliling kampung untuk membangunkan orang sahur. Namun musik yang dimainkannya berbeda.

Lek-Lekan atau yang artinya melekan dalam bahasa Jawa, merupakan serangkain kegiatan untuk meramaikan Ramadan.

Lek-lekan ini dilakukan ditengah malam, mulai pukul 12.00 WIB, dengan keliling ke setiap gang. Biasanya kegiatan ini diikuti oleh anak-anak muda maupun bapak-bapak.

Dahulu, banyak alat musik yang dibawa. Alat-alat tersebut meliputi kendang, seruling, gitar, bedug dan masih banyak lagi.

Namun yang membedakan, warga Ampel tidak menggunakan kentongan seperti di daerah lain.

Saat berkeliling yang dinyanyikan bukanlah selawat atau nyanyian khas. Rombongan lek-lekan menyanyikan lagu-lagu yang sedang terkenal pada masanya.

Saya masih ingat, dulu saat saya masih kecil, para pemuda di kampung saya menyanyikan lagu-lagu dari Dewa 19 saat lek-lekan.

Anak-anak muda yang melakukan lek-lekan ini tergabung dalam Karangtaruna atau organisasi masyarakat. Kakak sepupu saya selalu ikut jika ada lek-lekan di kampung kami.

Tradisi lek-lekan dimulai di kawasan Ampel Menara Surabaya, rombongan kemudian berlanjut berkeliling kawasan Ampel lainnya, seperti Ampel Gubah, Ampel Kembang, Ampel Kejeron hingga Ampel Rahmat.

Sayangnya saat ini tradisi ini sudah ditinggalkan. Kemajuan teknologi membuat orang bisa bangun sahur sendiri. Tidak perlu mengandalkan dibangunin ramai-ramai seperti saat lek-lek an itu.

Selain itu, saat ini juga tidak banyak pemuda yang mau terlibat karang taruna sebagai pelaksana tradisi lek-lekan ini.

Padahal, tradisi ini punya banyak manfaat lho. Tradisi lek-lekan bisa membuat hubungan sesama warga makin akrab. Kampung juga menjadi lebih aman, kerena saat lek-lekan juga ibarat patroli keamanan kampung.

Tradisi lek-lekan adalah tradisi saat sahur asli dari kawasan Ampel Surabaya. Tradisi yang memberi kenangan tersendiri bagi saya. Tradisi yang tak terlupakan.

Bagaimana dengan teman-teman? Apa tradisi saat sahur yang ada di lingkungan setempat? Apa tradisi saat sahur yang paling berkesan bagi teman-teman? Apakah teman-teman juga pernah berpartisipasi melakukan tradisi saat sahur?

Yuk berbagi cerita di kolom komentar ya..

Terima kasih

KEMBALI KE ARTIKEL


Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

Laporkan Konten
Laporkan Akun