Mohon tunggu...
Muhammad Khoirul Wafa
Muhammad Khoirul Wafa Mohon Tunggu... Penulis - Santri, Penulis lepas

Santri dari Ma'had Aly Lirboyo lulus 2020 M. Berusaha menulis untuk mengubah diri menjadi lebih baik. Instagram @Rogerwafaa Twitter @rogerwafaa

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Melihat Hilal Itu Ternyata Susah!

13 April 2021   11:37 Diperbarui: 13 April 2021   14:58 371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sedikit fakta lapangan saat rukyatul hilal adalah, jangan bayangkan yang namanya prosesi melihat hilal itu gampang. Memang sekarang sudah ada alat canggih dan metode hisab yang sangat akurat. Bahkan hilal bisa dilihat dengan aplikasi yang dipasang di perangkat elektronik, seperti ponsel. Tapi observasi tradisional tetap dilakukan. Karena bantuan teknologi seperti tadi hanya diupayakan dipakai sebagai pendukung kesimpulan akhir.

Sepengalaman saya yang pernah ikut praktek rukyatul hilal, kita harus ada di tempat yang benar-benar strategis. Dimana ufuk dan garis horizon cakrawala benar-benar harus terlihat lurus tanpa terhalang apapun. Oleh sebab itu biasanya observasi hilal dilakukan di pantai tertentu, atau puncak gunung tertentu, yang ujung cakrawalanya terlihat lurus dan jelas. Tidak semua pantai dan semua gunung bisa dijadikan tempat observasi.

Yah, tidak di setiap tempat bisa dilakukan observasi hilal. Apalagi kok di depan rumah dan lapangan desa, seperti yang pernah saya lihat di sebuah adegan sinetron.

Sebelum melakukan observasi, kita melakukan telaah hisab, dimana kita memperhitungkan titik dan waktu kemunculan bulan. Jadi, saat kita melakukan rukyah, otomatis kita sebelumnya melakukan prosedur hisab. Tapi jika hanya dengan hisab, kita tidak melakukan observasi rukyah.

Setelah produr perhitungan dilakukan, berbagai alat bantu teropong, juga benda yang bentuknya mirip seperti bandul sebagai media pengamatan pun dipasang, dengan posisi yang sesuai dengan dimana kemungkinan besar hilal akan muncul sesuai perhitungan. Lumayan rumit jika kurang mengerti diskursus ilmu Falak.

Kadang puluhan atau ratusan kali melakukan pengamatan, belum tentu berhasil melihat hilal. Ada anggota lajnah falakiyah yang sampai hampir sepuluh tahun belum berhasil melihat hilal dengan mata kepala sendiri, meskipun hampir tiap bulan melakukan observasi (tidak hanya awal dan akhir Ramadhan saja). Hal tersebut karena cakrawala sering terhalang objek seperti awan dan cuaca yang mendung.

Makanya, dari banyak sekali tempat yang disebar untuk observasi oleh kementerian agama di seluruh Indonesia, yang jumlahnya hampir seratus titik, kadang hanya beberapa orang di satu atau dua titik saja yang sangat beruntung berhasil melihat hilal dengan mata telanjang. Atau bahkan seluruh titik observasi di Indonesia tidak ada yang berhasil melihat hilal, hingga akhirnya diterapkan istikmal. Puasanya jadi mundur satu hari dari kalender.

Makanya, melihat hilal itu susah loh ya... Kita ikut pemerintah saja.

Sekian. Terimakasih. Bisa disambung lain kali.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun