Kartika E.H.
Kartika E.H. Wiraswasta

... penikmat budaya nusantara, buku cerita, kopi nashittel (panas pahit kentel) serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Artikel Utama

Panjangnya Kalimat Permintaan Maaf Urang Banjar

22 Mei 2020   20:53 Diperbarui: 23 Mei 2020   16:44 6249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Panjangnya Kalimat Permintaan Maaf Urang Banjar
Interaksi di Pasar Terapung | @kaekaha

Minta maaf, minta ikhlas, minta ridha, minta halal!

Begitulah tradisi unik yang sering terdengar dari percakapan dengan teman, sahabat, tetangga, keluarga,  juga istri saya sendiri ketika mereka (Urang Banjar), bertemu dengan seseorang yang kebetulan lama tidak bertemu atau kebetulan ada interaksi lebih spesifik sebelumnya. 

Interaksi spesifik yang saya maksudkan disini bisa benar-benar interaksi atau komunikasi (muamallah) biasa yang karena sesuatu sebab menjadi terputus baik disengaja maupun tidak untuk waktu sebentar maupun lama. 

Misalkan ketemu tetangga yang sudah lama pindah rumah, biasanya setelah puas kangen-kangenan dan mau berpisah, sebelum saling mengucap salam pasti sama-sama mengucap minta maaf, minta ikhlas, minta ridha, minta halal! secara bergantian dengan maksud diantara mereka tidak ada lagi beban dan tanggungan dosa menggantung.

Selain itu, bisa juga interaksi yang diawali dengan transaksi jual-beli atau juga pinjam meminjam. Biasanya, setelah mengucapkan akad (jual beli, tukar-jual khas Urang Banjar) selalu diakhiri dengan ucapan saling minta maaf, minta ikhlas, minta ridha, minta halal! Maksudnya kurang lebih sama, sama-sama ikhlas dan mengikhlaskan barang yang dijual/dibeli atau sama-sama mengikhlaskan barang yang dipinjam/dipinjamkan.

Tidak hanya itu, bahkan para pengemis atau peminta-minta yang diberi sedekah, setelah mengucapkan terima kasih, biasanya mereka juga menambahkan ucapan  minta maaf, minta ikhlas, minta ridha, minta halal! Maksudnya kurang lebih juga samauang/barang yang diterima/diberikan semakin benar-benar dikhlaskan bulat-bulat agar semakin berkah dan bermanfaat.

Memang, tradisi bertuah ini layaknya tradisi-tradisi tua khas nusantara lainnya yang tergolong spesies "hidup segan mati tak mau", mulai terseok-seok dan ditinggalkan oleh pemakai, pengguna dan penikmatnya. 

Kalau saya amati, pengguna dan penikmatnya relatif tinggal para tetuha dan  masyarakat di kampung-kampung di daerah pahuluan atau daerah hulu sungai di bagian utara Kalimantan Selatan dan juga komunitas masyarakat Banjar di perkampungan pesisir sungai, termasuk di Pasar Terapung Lok Baintan yang diantara pedagang, juga masih sering bertransaksi secara tradisional, barter yang biasanya juga diakhiri dengan menguncapkan minta maaf, minta ikhlas, minta ridha, minta halal! 

Jadi kalau dicermati, keunikan tradisi permintaan maaf khas Urang Banjar ini sifatnya "realtime" atau setiap saat dan saat itu juga serta tidak harus diawali dengan sebuah kesalahan atau sekedar perasaaan bersalah, tapi sebuah kesadaran kolektif yang dibangun sebagai sikap kehati-hatian untuk menjaga diri dari kesalahan termasuk perbuatan dosa kepada orang lain yang tidak disadari atau tidak disengaja. 

neka Panggilan Allah untuk Manusia | annajah.com
neka Panggilan Allah untuk Manusia | annajah.com
Konsep Waktu Urang Banjar
Kesadaran diri yang bersifat kolektif ala Urang Banjar berupa tradisi meminta maaf dengan kelengkapan kalimat yang relatif panjang tersebut, sepertinya tidak lepas dari konsep waktu ala Urang Banjar yang tidak kalah unik dan inspiratifnya, yaitu ungkapan "Umur tidak berbau" (teks asli bahasa Banjar "Umur Kada Babau"), yaitu ungkapan bahari (tua) yang secara umum bisa dimaknai sebagai ajal atau maut bisa datang kapan saja. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun