Rut Sri Wahyuningsih
Rut Sri Wahyuningsih Penulis

Belajar sepanjang hayat. Kesempurnaan hanya milik Allah swt

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN

Rezeki dari Allah, Usaha dari Manusia

4 Mei 2021   22:58 Diperbarui: 4 Mei 2021   23:29 1208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rezeki dari Allah, Usaha dari Manusia
Foto: desain pribadi/Spark Post

"Apa saja di antara Rahmat Allah yang dianugerahkan kepada manusia, maka tidak ada yang dapat menahannya, dan apa yang ditahan-Nya maka tidak ada yang sanggup untuk melepaskannya setelah itu. Dan dialah Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana". (QS Fatir 35:2).

Ayat di atas mengingatkan kita betapa terkadang berprasangka buruk kepada Allah, ketika rezeki kita diberikan kita taat, bersuka ria, bahagia bahkan hingga lupa berucap syukur. Namun sedetik berikutnya, jika dicabut sehari, atau sedetik saja, kita sudah mengumpat bahkan mengklaim Allah tak adil. 

Setiap kali Allah menahan rezeki kita, sehari, dua hari bahkan bertahun-tahun itu adalah sesuatu yang berharga, rezeki kita juga, yaitu rezeki untuk selalu memiliki pemikiran positif dan bersabar atas cobaan. Namun kadang manusia berlebihan, malah mencari-cari alasan dengan mengatakan chiong, gak hoki, gak pas weton, karma dan lain-lain. 

Kemudian ambil jalan pintas, hingga muncul kasus sate sianida contohnya. Jika bukan jodoh harus bagaimana? Bukankah jodoh juga bagian dari rezeki? Sikapi saja dengan terus memperbaiki diri jika memang belum saatnya ditemukan dengan jodoh, bisa jadi memang kita belum layak. 

Padahal meski rezeki sudah ditentukan kapan datang, berapa kadarnya dan dalam bentuk apa hukum sebab akibat masih berlaku. Dan itulah ranah kita, dengan apa kita menjemput rezeki dan sikap apa yang kita tunjukkan ketika rezeki itu belum jua berkunjung?

Mengapa jika sudah tahu rezeki berasal dari Allah namun lebih sering mengingkari kebenaran tersebut? Atau malah bermalas-malasan. Menunggu rezeki itu hadir di depan mata. Dalam beberapa kondisi bisa jadi rezeki itu datang tanpa kita undang bahkan usahakan, namun sebagian besar adalah berasal dari usaha kita, Habits kita, rutinitas dan komitmen kita. 

Disitulah terwujud penyatuan ruh dan materi, setiap amal yang disandarkan kepada kesadaran akan hubungan makluk dengan Sang Khalik. Paripurnanya Islam, meningkatkan aspek ruhiyah tak perlu menyiksa diri dengan hidup selibat atau dengan mengasingkan diri (uzla) namun dengan amal nyata, menjemput rezeki dengan semata-mata yakin rezeki dari Allah SWT. Wallahu a' lam bish showab. 

Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun