Rezeki dari Allah, Usaha dari Manusia
"Apa saja di antara Rahmat Allah yang dianugerahkan kepada manusia, maka tidak ada yang dapat menahannya, dan apa yang ditahan-Nya maka tidak ada yang sanggup untuk melepaskannya setelah itu. Dan dialah Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana". (QS Fatir 35:2).
Ayat di atas mengingatkan kita betapa terkadang berprasangka buruk kepada Allah, ketika rezeki kita diberikan kita taat, bersuka ria, bahagia bahkan hingga lupa berucap syukur. Namun sedetik berikutnya, jika dicabut sehari, atau sedetik saja, kita sudah mengumpat bahkan mengklaim Allah tak adil.
Setiap kali Allah menahan rezeki kita, sehari, dua hari bahkan bertahun-tahun itu adalah sesuatu yang berharga, rezeki kita juga, yaitu rezeki untuk selalu memiliki pemikiran positif dan bersabar atas cobaan. Namun kadang manusia berlebihan, malah mencari-cari alasan dengan mengatakan chiong, gak hoki, gak pas weton, karma dan lain-lain.
Kemudian ambil jalan pintas, hingga muncul kasus sate sianida contohnya. Jika bukan jodoh harus bagaimana? Bukankah jodoh juga bagian dari rezeki? Sikapi saja dengan terus memperbaiki diri jika memang belum saatnya ditemukan dengan jodoh, bisa jadi memang kita belum layak.
Padahal meski rezeki sudah ditentukan kapan datang, berapa kadarnya dan dalam bentuk apa hukum sebab akibat masih berlaku. Dan itulah ranah kita, dengan apa kita menjemput rezeki dan sikap apa yang kita tunjukkan ketika rezeki itu belum jua berkunjung?
Mengapa jika sudah tahu rezeki berasal dari Allah namun lebih sering mengingkari kebenaran tersebut? Atau malah bermalas-malasan. Menunggu rezeki itu hadir di depan mata. Dalam beberapa kondisi bisa jadi rezeki itu datang tanpa kita undang bahkan usahakan, namun sebagian besar adalah berasal dari usaha kita, Habits kita, rutinitas dan komitmen kita.
Disitulah terwujud penyatuan ruh dan materi, setiap amal yang disandarkan kepada kesadaran akan hubungan makluk dengan Sang Khalik. Paripurnanya Islam, meningkatkan aspek ruhiyah tak perlu menyiksa diri dengan hidup selibat atau dengan mengasingkan diri (uzla) namun dengan amal nyata, menjemput rezeki dengan semata-mata yakin rezeki dari Allah SWT. Wallahu a' lam bish showab.