Irfan Suparman
Irfan Suparman Penulis

Seorang lulusan Hukum yang hobi membaca dan menulis. Topik yang biasa ditulis biasanya tentang Hukum, Politik, Ekonomi, Sains, Filsafat, Seni dan Sastra.

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN

Kebiasaan Buruk Saat Ramadhan Merusak Iklim

19 April 2021   16:14 Diperbarui: 19 April 2021   17:03 669
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ramadhan adalah bulan yang suci, bulan yang penuh rahmat serta karunia yang melimpah ruah. Saat ramadhan banyak orang mendapatkan banyak rezeki, mulai dari THR sampai diskon besar-besaran. Apalagi dengan kondisi pandemi covid-19 ini membuat para pedagang online memberikan banyak diskon serta bonus. Sungguh suatu anugerah ditengah bencana yang melanda seluruh umat manusia ini.

Banyaknya berkah dan rahmat bulan Ramadhan ini tidak hanya dirasakan umat muslim saja, tapi umat agama lain pun turut ikut merasakan berkah dan rahmat bulan ini. Seperti diskon produk-produk pangan maupun non pangan. Dengan begitu jumlah belanja rumah tangga setiap rumah makin meningkat, sehingga sampah yang diproduksi dalam rumah pun ikut meningkat. Hal tersebut disebabkan karena menu berbuka puasa yang terlalu banyak.

Bayangkan, kebiasaan ini hampir dialami setiap rumah kelas menengah sampai kelas atas disetiap bulan Ramadhan. Sudah berapa banyak limbah rumah tangga yang dihasilkan dibulan Ramadhan tahun ini dan tahun-tahun sebelumnya. Kondisi ini diperparah karena keadaan bumi saat ini sedang menghadapi perubahan iklim. Salah satu penyebab perubahan iklim adalah emisi gas rumah kaca. Limbah rumah tangga merupakan salah satu dari limbah yang menghasilkan emisi.  

Saat Ramadhan, masyarakat jadi lebih konsumtif terhadap makanan. Pemikiran balas dendam ketika berbuka setelah berpuasa penuh seharian adalah penyebab utama masyarakat jadi lebih konsumtif. Ditambah manipulasi yang diberikan iklan produk membuat masyarakat seakan-akan membutuhkan barang yang ditawarkan kepada kita dengan diskon serta bonus ala Ramadhan menarik kita untuk membeli. 

Perilaku konsumtif ini sering dibentengi dengan dalih bentuk apresiasi terhadap diri sendiri karena berhasil menahan lapar selama 12 Jam. Padahal esensi berpuasa saat Ramadhan bukan hanya terletak pada satu hari 12 jam, tapi lebih dari itu puasa mengajarkan pola hidup minimalisme. 

Akan tetapi dampak besar dari pola konsumtif itu berimbas pada perubahan iklim yang makin hari makin bertambah suhu permukaan bumi. Untuk itu, sejatinya Ramadhan dijadikan program untuk diri sendiri menjalani hidup sehat ramah lingkungan demi mengupayakan kehidupan setelahnya jauh lebih baik. Serta sebagai adaptasi terhadap kebiasaan buruk yang menjadi penyebab perubahan iklim.

Dampak dari perubahan iklim jelas kita rasakan. Udara semakin panas, musim hujan dan kemarau yang panjang, naiknya permukaan laut bahkan dapat mempengaruhi kualitas tanah dan tumbuhan. 

Perubahan iklim dapat kita cegah mulai dari mengganti kebiasaan yang buruk seperti boros dan konsumtif saat Ramadhan menjadi kebiasaan yang lebih ramah lingkungan dan menyehatkan. Seperti mengganti menu berbuka puasa, yang tadinya Rendang atau Opor Ayam menjadi Sayur Bayam atau Kangkung, membeli takjil secukupnya, tidak membeli pakaian baru.

Banyak hal yang dapat dilakukan saat Ramadhan untuk menjaga lingkungan guna mencegah perubahan iklim semakin parah. Seperti yang disebutkan diatas, kita harus merubah kebiasaan buruk yang tidak ramah lingkungan menjadi kebiasaan ramah lingkungan. Karena ketika berpuasa bukan hanya menjalankan puasa saja tapi bagaimana bisa tetap peduli dengan lingkungan setelahnya. Kebiasaan buruk lainnya saat berpuasa adalah terlalu banyak tidur. 

Untuk mencegah tidur yang tidak berkualitas, ada hal yang bisa dilakukan seperti berkebun. Dengan berkebun, banyak ativfitas baru yang dapat dipelajari seperti mengolah pupuk organik. Sampah rumah tangga menghasilkan sampah organik. Sampah organik ini dapat kita olah menjadi pupuk yang dapat mempengaruhi kualitas tanah dan tanaman.

Hal tersebut diatas dapat kita terapkan sebagai alternatif mencegah perubahan iklim semakin parah. Momentum Ramadhan adalah waktu yang tepat. Sudah jadi kewajiban umat beragama untuk menjaga lingkungannya. Di bulan Ramadhan kali ini yang mendapatkan keberkahan bukan hanya umat muslim tapi juga umat agama lain. Dengan berkah yang melimpah ini, semua bisa menjaga lingkungan mulai saat ini.

Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun