Sore ini aku duduk termenung sendiri. Pikiranku masih melayang ke sana dan ke mari. Aku sedang mencari inspirasi untuk mengisi kesibukan hari-hari.
Tapi masih saja pikiranku buntu. Mentok dan gak bisa maju. Seperti berjalan di gang buntu, tapi akhirnya harus mundur sambil menahan malu.
Aku memang tidak punya banyak uang. Tapi aku masih punya banyak waktu luang. Apa yang aku harus lakukan sekarang agar waktuku tidak sia-sia terbuang?
Saat ini layar laptop ada di hadapanku dengan jejeran kotak tuts yang dingin dan kaku. Mereka menunggu aksiku sementara aku masih saja duduk termangu.
Aku tak tahu harus menulis apa. Tapi aku ingin menjawab tantangan Kompasiana. Satu Ramadhan Bercerita. Satu tulisan dalam sehari harus tersedia.
Akhirnya aku biarkan jari-jari tanganku menari-nari. Mereka bergerak dengan irama yang terkendali. Kadang sesuai dengan suasana hati. Tapi kadang juga berlawanan dengan kehendak hati.
Sejenak aku berdiam diri. Suara geledek petir di kejauhan coba kunikmati. Tapi aku terkejut setengah mati saat suara geledek petir seperti menyambar atap rumah kami.
Ternyata bukan hanya aku yang terkejut dengan suara geledek yang keras itu. Sepasang cicak di dinding pun tampaknya merasa terganggu . Tapi akhirnya mereka seperti tidak mau tahu, mungkin karena mereka sedang menikmati indahnya bulan madu.Â
Cicak jantan yang tubuhnya agak besar mengangkat kepalanya, sementara yang betina terlihat pasrah menunggu saja. Cicak jantan mungkin ingin pamer kegagahberaniannya sebelum dia membuktikan kejantanannya.
Kualihkan pikiranku dari sepasang cicak itu. Apa urusanku dengan sepasang cicak itu? Layar laptop kembali menjadi sasaran pandangan mataku. Samber - Satu Ramadhan Bercerita - menjadi targetku.
Besok adalah hari ketiga bulan Ramadhan. Aku juga ingin ikut Tebar Hikmah Ramadhan. Siapa tahu skill-ku bertambah selama Ramadhan? Siapa tahu keterampilanku semakin terasah di hari-hari bulan Ramadhan?