Mohon tunggu...
rokhman
rokhman Mohon Tunggu... Freelancer - Kulo Nderek Mawon, Gusti

Melupakan akun lama yang bermasalah

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Dulu, Hobi Koleksi Tabloid Olahraga

5 Mei 2021   14:21 Diperbarui: 5 Mei 2021   14:53 784
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Foto freepik dipublikasikan kompas.com

Dulu saya punya hobi mengoleksi tabloid olahraga. Tapi sekarang sudah tidak lagi. Sekarang sudah tak memiliki hobi koleksi sesuatu.

Jadi di tahun 90-an, hobi saya adalah mengoleksi tabloid olahraga. Saya mulai mengoleksi saat Piala Dunia 1990. Saya suka lihat nama-nama skuat timnas yang bermain di Piala Dunia 1990. Edisi nama skuat itu adalah edisi BOLA dengan cover Diego Maradona membawa maskot Piala Dunia 1990.

Saya pun kemudian banyak menumpuk tabloid di rumah. Kalau waktu senggang saya baca-baca lagi. Apa saja tabloidnya? Seingat saya adalah BOLA, KOMPETISI, Majalah Sportif, TRIBUN. TRIBUN adalah tabloid olahraga yang pendanaannya salah satunya dari SDSB. Tahu SDSB kan?

Apa sih manfaat dari koleksi itu? Manfaatnya saya jadi paham soal olahraga. Saya juga terbiasa membaca. Kalau terbiasa membaca, bisa membaca cepat. Bahkan kalau terbiasa membaca tabloid olahraga, jadi paham mana saja yang akan saya baca pertama kali.

Selain itu, saya jadi terpacu untuk mencari tahu hal baru yang saya belum tahu. Misalnya, ketika baca tabloid olahraga, saya mengenal nama Kamerun. Itu nama negara. Lalu saya penasaran, itu negara di mana? Saya kemudian membuka atlas, buka peta itu.

Jadi, saya juga paham tentang hal di luar olahraga yang pemicunya adalah olahraga. Saat Denmark juara Piala Eropa 1992, saya juga penasaran di mana letak negara Denmark itu?

Saat di perpusatakaan ada buku ensiklopesi bangsa-bangsa, saya jadi tertarik untuk membacanya. Kenapa tertarik? Ya karena tahu nama negara lewat sepak bola.

Tapi, koleksi tabloid yang sangat banyak membuat rumah dilihat tak nyaman. Ibu saya pun merayu saya berkali kali agar tabloid itu dijual kiloan saja. Sebab, menyesakkan rumah.

Rayuan berkali-kali tak pernah membuat saya menjual tabloid itu. Tapi ketika saya beranjak dewasa kisaran SMP, akhirnya saya mempersilakan ibu menjual sebagian koleksiku itu.

Yang dijual adalah koleksi lama tahun 1990 dan bahkan ada juga yang tahun 1989. Waktu itu agak menyesal mengapa yang dijual malah yang lama. Kalau yang lama dipertahankan akan jadi barang antik.

Tapi ya sudahlah. Akhirnya pelan tapi pasti tabloid itu sering dijual oleh ibu. Saya pun tak lagi memiliki koleksi. Seiring berjalannya waktu, saya pun mulai meninggalkan tabloid-tabloid itu. Hingga kemudian saya mulai menyukai buku-buku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun