Mohon tunggu...
rokhman
rokhman Mohon Tunggu... Freelancer - Kulo Nderek Mawon, Gusti

Melupakan akun lama yang bermasalah

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Orang "Nakal" pun Menghormati Ramadan

13 April 2021   12:02 Diperbarui: 13 April 2021   12:11 565
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Foto:shutterstock dipublikasikan kompas.com

Ini cerita masa lalu. Masa 30 tahun yang lalu. Aku masih ingat bagaimana orang-orang di kampungku, di daerah pantai utara Jawa Tengah sana, menghormati bulan Ramadan.

Dulu, orang sangat menjaga kesakralan puasa. Ada beberapa warung makan yang buka di bulan Puasa. Tak masalah juga. Tapi, pemilik warung itu menutup bagian pintu dan jendela warung dengan kain. Sehingga, dari luar tak tampak ada orang sedang makan.

Jadi, warung makan itu buka, tapi tertutup. Atau dengan kata lain, warung makan itu buka, tapi tidak demonstratif. Itu untuk menghormati Ramadan.

Aku pun ingat, orang akan malu jika dari dalam rumahnya terdengar suara piring bergesekan dengan sendok di siang hari. Sebab, sendok bergesekan dengan piring dimaknai sebagai "sedang makan".

Mereka yang "nakal" juga menghormati puasa. Yang nakal adalah lelaki muslim dewasa tak punya halangan dan memilih tak puasa. Mereka yang nakal dan tak puasa itu, akan bersembunyi ketika makan.

Mereka yang nakal itu, akan makan di rumah. Mereka makan dengan pelan agar tak terdengar suara gesekan piring dan sendok. Setelah makan, mereka membakar tembakau, juga di dalam rumah.

Sepreman-premannya orang di kampungku, mereka tak akan menghisap tembakau di luar rumah saat siang hari di bulan Ramadan. Jadi, orang nakal pun menghormati Ramadan.

Dulu ada satu orang yang jadi perbincangan karena nekat membakar tembakau di siang hari bulan Ramadan sembari memancing di tepi kali. Langsung jadi bahan pembicaraan. Namun, memang orang tersebut dinilai agak "kurang".

Itu adalah pemandangan di kampung 30 tahun yang lalu. Itu pemandangan di kampung atau di permukiman. Itu cerita puluhan tahun lalu. Kini? Ah sudahlah, aku tak mau membahas. Cape nulisnya hehe.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun