Faqih Ma arif
Faqih Ma arif Dosen

Beijing University of Aeronautics and Astronautics | 601B号房间 | 1号楼, 外国留学生宿舍 | 北京航空航天大学 | 北京市海淀区学院路 | 37學院路, 邮编 |100083 |

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

PR Kebangkitan Masa Kini dan Masa Depan

20 Mei 2020   22:12 Diperbarui: 20 Mei 2020   22:17 688
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
PR Kebangkitan Masa Kini dan Masa Depan
Ilustrasi semangat kebangkitan | pixabay.com

Hari Kebangkitan Nasional telah mengundang kontroversi pada awalnya, banyak yang tidak menyetujui berdirinya Boedi Oetomo sebagai Harkitnas waktu itu. Sebutlah seorang Pramoedya Ananta Toer yang menganggap bahwa organisasi ini sebagai sebuah kesukuan, karena berasal dari Jawa.

Tidak hanya itu, organisasi Boedi Oetomo juga telah disinyalir hanya mengakomodasi kepentingan masyarakat Jawa, yang mana tidak dapat direpresentasikan untuk dapat mencapai kepentingan nasional Indonesia. Tidak ayal juga sampai ada komentar yang menyatakan bahwa perlawanan Boedi Oetomo kepada Belanda sangatlah lemah, karena para anggota Boedi Oetomo adalah para pegawai yang di gaji oleh Belanda.

Penetapan Soekarno
Empat puluh tahun setelah berdirinya Boedi Oetomo, Presiden Soekarno menetapkan sebagai Hari Bangkitnya Nasionalisme Indonesia pada tahun 1948. Penetapan ini ditengarai oleh adanya berbagai kondisi yang kurang kondusif pada waktu itu.

Pada intinya, hari kebangkitan nasional saat itu bertujuan untuk dapat mencegah perpecahan, menjadi momen bersatunya segala elemen bangsa yang tidak henti dirundung berbagai permasalahan. 

Permasalahan tersebut di antaranya adalah perpecahan antar ideologi dan golongan, mempertahankan diri dari agresi militer Belanda yang ingin menguasai kembali Indonesia. Serta adanya ketegangan karena pasukan Siliwangi yang hijrah ke Solo karena menurut pada perjanjian Renville yang mana Belanda kembali menguasai Jawa Barat.

PR Kebangkitan masa kini dan solusinya
Setiap tahun selalu diperingati, kebangkitan nasional sepertinya hanya sebuah jargon semata. Namun, jika kita amati sebenarnya nilai historis di dalamnya sangatlah tinggi. Kebangkitan yang selalu sulit menjadi kata "bangkit" menjadi pekerjaan rumah kita bersama, dari mana mulainya, dan untuk apa kita bangkit?.

Kesenjangan ekonomi, sosial, dan pendidikan serta beberapa aspek lain seolah hidup segan mati tak mau. Kondisi ini diperparah dengan adanya badai pandemi covid-19 yang dapat membuat hibernate berbagai aspek kehidupan. Lantas apa yang akan kita lakukan untuk itu semua?, saya menawarkan solusi untuk bisa bangkit dari berbagai hal diantaranya adalah sebagai berikut.

Muhasabah diri
"Kapan kita bangkit?", jika ini yang terus dipertanyakan kita akan terus bertanya dan tidak ada tindakan. Muhasabah diri diperlukan untuk kontemplasi sejauh mana dan apa yang sudah kita lakukan untuk diri sendiri dan keluarga kita.

Apakah kita sudah menjadi individu yang bermanfaat bagi orang lain atau bahkan sebaliknya. Muhasabah diri diperlukan untuk mengukur diri setiap hari, minggu, bulan, bahkan tahun. Muhasabah diri ini bukan hanya dilakukan setahun sekali pada tahun baru. Jika kita dapat melakukan ini, momen ramadan yang paling tepat menjadi titik awal kebangkitan dan perubahan untuk lebih baik di masa mendatang.

Mulai saat ini
Jika kita berhasil memulai diri sendiri, maka Langkah selanjutnya adalah memulai dari saat ini. Jangan menunda apa yang bisa kita lakukan. Jika kita sebagai seorang pengusaha, maka lakukan apa yang kita bisa dengan membantu sesama di krisis pandemi covid-19 ini.

Sebagai seorang pelajar, berpikirlah untuk menjadi yang terbaik bagi dirinya, menguasai ilmu yang dipelajari dan mengamalkannya minimal kepada orang terdekat, serta memiliki prestasi yang bisa dibanggakan.

Dan berbagai bidang lainnya, berbuatlah sesuai dengan bidang dan kemampuan masing-masing. Jika pemerintah saat ini tidak mengizinkan untuk mudik dan shalat ied, maka praktekkanlah ini sebagai wujud kebangkitan Indonesia dalam melawan pandemi coronavirus. Jika kita tidak memulai dari saat ini, mau kapan lagi?.

Mulai dari yang terkecil
Ini merupakan sebuah hal yang selalu dianggap sepele, dan kita selalu tidak menghiraukannya. Mulailah setiap pekerjaan kita dari yang terkecil, karena dari yang terkecil akan menjadi besar jika dikumpulkan. Dan akumulasi kegagalan kita saat ini, ternyata juga diakibatkan karena terjadinya efek bola salju yang terus membesar dan menjadi parasit bagi kita.

Saya ambil contoh, coronavirus yang dapat menyebar karena perilaku kesadaran hidup bersih kita yang rendah, sebenarnya dapat kita cegah jika kita dapat menjaga kebersihan mulai dari diri sendiri dan dari yang terkecil. Membuang sampah pada tempatnya, merupakan contoh kecil yang dapat kita lakukan, membantu meringankan tugas istri di rumah saat WFH juga merupakan salah satu contoh teladan lainnya.

PR Kebangkitan masa depan
Berbagai pekerjaan rumah perlu diselesaikan, namun itu semua tidak akan mudah jika tidak dimulai dengan ketiga poin utama di atas. Kenapa demikian? itu lebih karena gambaran masa depan kita sebenarnya sudah ada berdasarkan apa yang kita lakukan hari ini.

Penjajahan intelektual, kedaulatan berpikir, dan kemandirian ekonomi serta berbagai bidang menuntut kita untuk bekerja lebih keras agar menjadi bangsa maju.

Banyak lulusan sarjana dan orang pintar lulusan kita dari luar negeri, namun ketika pulang ke Indonesia seolah mereka tidak dapat berbuat apa apa, bahkan mencari pekerjaan yang layak pun sangat sulit. Alhasil hanya mencari pekerjaan ala kadarnya, berpikir untuk sesuai bidang kemampuan pun tidak.

Sehingga banyak yang lebih nyaman dan menetap diluar negeri untuk bekerja bukan untuk Indonesia, karena berbagai alasan diantaranya adalah gaji yang lebih besar, sampai dengan fasilitas yang lebih dari cukup, pemberian visa khusus negara lain, serta sederet tawaran menarik lainnya.

Belum lagi dengan adanya penjajahan teknologi yang luar biasa, meskipun banyak penemu handal dari Indonesia, namun karena kurangnya penghargaan pada akhirnya juga tenggelam. Teknologi 4G yang konon ditemukan oleh anak bangsa, pada akhirnya saat ini sudah tertinggal jauh dengan 5G yang lebih cepat dalam segala hal.

Era baru kehidupan pasca pandemi covid-19 perlu menjadikan perhatian khusus dimasa mendatang. Skema perubahan itu sebenarnya sedang kita lalui yang mana segala sesuatunya menjadi bersifat sangat cepat dan berbasis online.

Perubahan dari berbagai sektor adalah keniscayaan dengan berbasis teknologi tinggi. Pengembangan serta peningkatan sains dan teknologi, riset terapan dan segala kelengkapannya patut mendapatkan dukungan penuh dari pemerintah.

Di sektor ekonomi, hampir semuanya sudah tidak menggunakan uang tunai untuk pembayaran. Semuanya sudah terkoneksi dengan sistem jaringan bank. Ini juga jangan sampai menjadi preseden buruk bagi pedagang kita, terutama UMKM.

Duduk sama rendah, berdiri sama tinggi menjadi penyemangat untuk terus bekerja dan berkarya, untuk kebaikan diri sendiri, keluarga, dan bangsa. Ketergantungan selama ini terhadap bangsa lain harus mulai dikikis perlahan, atau kita tidak akan bangkit sama sekali.

Lebaran sebentar lagi, pekerjaan rumah besar menunggu respon kebangkitan kita dimasa kini, sebagai gambaran masa depan yang akan kita raih. Momen penting dan sakral untuk menggapai lailatul qadr merupakan  salah satu  usaha spiritual yang dapat menentukan langkah kebangkitan masa depan. Konsep kembali ke jiwa yang bersih, merupakan sebuah kekuatan kebangkitan pribadi yang akan berefek kepada kebangkitan nasional. Semoga kita segera berbenah.

Semoga bermanfaat
Copyright @fqm2020
References 1 2

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun