Mohon tunggu...
Muthiah Alhasany
Muthiah Alhasany Mohon Tunggu... Penulis - Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah. Moto: Langit adalah atapku, bumi adalah pijakanku. hidup adalah sajadah panjang hingga aku mati. Email: ratu_kalingga@yahoo.co.id IG dan Twitter: @muthiahalhasany fanpage: Muthiah Alhasany"s Journal

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Apa Kabar Koleksi Prangko?

5 Mei 2021   09:06 Diperbarui: 5 Mei 2021   09:21 1563
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buku perangko (dok.pri)

Dulu, ketika masih duduk di bangku sekolah dasar, saya dan teman-teman memiliki beberapa macam koleksi. Ada koleksi bulu ayam hingga koleksi perangko yang dikumpulkan dalam buku khusus.

Pada musim koleksi perangko, teman-teman saling memamerkan miliknya. Saya sedih waktu itu karena tidak mampu membeli buku perangko yang cukup mahal untuk ukuran zaman itu. Maklum keluarga saya perekonomiannya pas-pasan.

Namun ibunda tercinta tahu saya sangat menginginkan buku perangko agar tidak ketinggalan dengan teman-teman yang lain. Pada hari ulang tahun, beliau menghadiahkan sebuah buku perangko. Betapa gembiranya saya mendapatkan hadiah itu.

Lalu mulailah saya berusaha mengumpulkan perangko yang ada di rumah. Kebetulan bapak sering bersurat-suratan dengan keluarga di kampung, banyak perangko yang bisa dikoleksi. Bapak juga mencarikan perangko di kantornya, kemudian diberikan kepada saya.

Perangko dari bapak, kebanyakan yang masih menempel di amplop. Untuk mencopotnya harus ekstra hati-hati. Salah sedikit bisa koyak, perangko yang sobek tidak ada harganya. Dengan sedikit air, perangko yang masih menempel  dibasahi. Pelan-pelan dicopot dari ujungnya.

Berburu perangko menjadi hal yang menyenangkan. Kalau saya datang ke rumah saudara sepupu, tak lupa meminta perangko dari Om dan Tante. Ada keluarga sepupu yang kaya raya, pernah keluar negeri. Dia mempunyai perangko dari negeri yang dikunjunginya.

Kakak saya yang sulung juga memiliki teman kaya yang sering keluar negeri. Saya pun senang jika diajak ke rumah dia. Dengan malu-malu saya berbisik kepada kakak agar memintakan perangko dari luar negeri.

Nah, semakin lama koleksi saya semakin banyak. Satu buku telah penuh dengan berbagai perangko dari dalam dan luar negeri. Buku ini dibawa ke sekolah. Pada jam istirahat, kami saling menunjukkan koleksi masingmasing.

Selanjutnya jika ada perangko yang jumlahnya lebih dari satu, bisa saling tukar dengan perangko dari teman-teman. Tentunya perangko yang berasal dari teman-teman, adalah yang belum saya miliki. Dengan begitu jenis perangko juga bertambah.

Sayangnya koleksi perangko ini terhenti ketika lulus sekolah dasar dan memasuki jenjang sekolah selanjutnya. Di sekolah lanjutan pertama tidak ada hobi mengoleksi barang. Belakangan setelah dewasa, saya baru tahu kalau perangko bisa bernilai tinggi. Apalagi jika perangko tersebut termasuk jenis yang langka.

Sekarang sangat disayangkan hobi koleksi perangko seperti mati. Ini disebabkan kita sudah jarang melakukan surat menyurat. Perkembangan teknologi dengan menggunakan internet menggantikan surat menyurat konvensional. Kita berhubungan melalui email dan media massa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun