Mohon tunggu...
Eko Nurwahyudin
Eko Nurwahyudin Mohon Tunggu... Lainnya - Pembelajar hidup

Lahir di Negeri Cincin Api. Seorang kader Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Rayon Ashram Bangsa dan Alumni Program Studi Hukum Tata Negara UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Motto : Terus Mlaku Tansah Lelaku.

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Banaspati di Bulan Suci

14 April 2021   04:35 Diperbarui: 14 April 2021   04:44 1447
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Banaspati Di Bulan Suci

 

Kalau ditanya cara melenyapkan Banaspati, tentu saja Ketua Persatuan Dukun Bayi Karang Kadempel paling tidak akan mengelak, "owalah, lha kalau saya pernah dapat beasiswa S3 atau saya dapat doctor honoris causa, saya tahu teorinya. Boro-boro beasiswa S3, S2, S1, lha SD saja saya  mandeg. Coba saja panjenengan tanya sama bu bidan atau bu dokter yang lebih pintar!"

Meskipun kita akan mendapati jawaban yang tidak memuaskan itu, paling tidak jawaban ketua dukun bayi yang hampir tidak diakui lagi baik pada database e-ktp tentang profesi penduduk di Dinas Catatan Sipil. Kita patut takzim pada mereka yang ketangguhan survivalitasnya yang ampuh baik di masa pandemi atau 20 tahun pasca pandemi. 

Mereka tidak menyalahkan pemerintah Karang Kadempel seperti kebanyakan warga negara di belahan dunia sana. Meskipun mereka tidak begitu melek politik, tetapi mereka tentu dengar rame-rame orang demo! Mereka sangat mengerti kalau desas-desus atau gossip harus mereka verivikasi, agar tidak disangka fitnah. Mereka punya prinsip yang mereka jaga betul, "memayu hayuning tonggo teparo, memayu hayuning negara".  Kan ngeri jadinya kalau fitnah memfitnah, apalagi memfitnah pemerintah?

Usut punya usut, riset tanpa proyek, Banaspati itu telah berevolusi seiring pesatnya teknologi. Lebih tahan lama, lebih panas, lebih membuat orang pusing sembilan keliling. Bahkan gara-gara Banaspati itu Gareng minum puyer cap Ngamarta Harga Mati, tidak sembuh-sembuh pusingnya.

Banaspati itu sudah tidak sliwar-sliwer di atas langit malam Karang Kadempel, tetapi juga sliwar-sliwer di siang bolong lintas kota, lintas provinsi malahan! Bujubuset. Banaspati itu berkeliaran di atas kepala kurang lebih dua ribu dua puluh warga Karang Kadempel dan sekitarnya yang demo menolak Perdes Sapu Jagad. Memang gila pikir mereka, "Dulu ada doa sapu jagad, sekarang ada Perdes Sapu Jagad! katanya sih sebagai jalan keluar obesitas peraturan perundang-undangan yang menghambat investasi."

Pak Hansip yang niatnya ingin nangkap Banaspati itu malah dibuat keedanan. Sepuluh orang buruh malah kena ringkus. Di grup-grup whatsapp orang ngobrol diskusi siang malam cari cara tolak bala malah diteror, di-hack. Singkat cerita, keadaan Karang Kadempel dan sekitarnya paceklik-klik. Ekonomi loyo, utang jor-joran. Hawa sumuk, sumpek gara-gara Banaspati ini, berlangsung sampai hampir puasa.

Dua hari sebelum bulan suci tahun lalu, seorang anak kecil setelah menonton serial Misteri Gunung Merapi, terkesima dengan kesaktian Kalagondang maupun Mak Lampir. Dengan lugu ia pun bertanya, "Pak bagaimana caranya saya bisa berantem di atas pohon? Loncat sana-loncat sini. Bisa kaya petasan dar-der-dor ngeluarin asap begitu?"

Bapaknya dengan ngawur menjawab, "wah kita sudah tidak bisa seperti itu Nak. Kita ini kebanyakan makan, malas puasa. Maunya senang tak mau jalani laku prihatin."

"Memangnya Kalagondang sama Mak Lampir puasa Pak? Puasa bisa bikin sakti mandraguna ya?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun