Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Memilih Hidup Bersahaja tetapi Tetap Bahagia, Mungkinkah?

20 April 2024   04:17 Diperbarui: 21 April 2024   04:14 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi hidup bersahaja (Sumber: Pexels)

Belakangan ini banyak orang menggunakan kemajuan media sosial (medsos) untuk mengekspresikan diri. Setiap individu pengguna memiliki cara tersendiri untuk menggunggah apa yang menarik baginya. Dan, banyak di antara yang diunggah itu adalah hal-hal yang tampak wah, megah, hebat, atau glamour.

Orang yang kurang mendapatkan pengetahuan mengenai literasi media mungkin menyangka bahwa apa yang ditayangkan itu adalah kenyataan keseharian; kondisi yang harus ikut dikejar atau dicapai juga sehingga menjadi setara apa yang dilihatnya. Jika tidak, ia pun merasa kalah bersaing dan kecewa.

Padahal, sejatinya apa yang ditayangkan orang itu bukanlah kenyataan hidup dalam keseharian yang sebenarnya. Banyak yang menayangkan kemewahan, tapi sesungguhnya tidak demikian. Bukan tidak mungkin orang hanya unjuk diri di medsos untuk membuat decak kagum mereka yang kebetulan melihatnya.

Masalahnya, banyak yang menginginkan keadaan atau kondisi seperti apa yang ditayangkan itu. Mereka pun mengusahakannya dengan berbagai cara, termasuk dengan cara berutang sana-sini. Tujuannya agar tampak wah juga.

Haruskah dorongan untuk terlihat wah dan hebat dan tak mau kalah itu dikobarkan terus-menerus? Bukankah yang namanya keinginan itu tidak ada habisnya? Selalu akan tumbuh keinginan-keinginan baru begitu satu keinginan dipenuhi. Dan, terus berlanjut seperti itu!

Alih-alih menuruti keinginan demi keinginan yang tak pernah habisnya itu, mungkin lebih baik memilih dan menerapkan pola hidup bersahaja tetapi tetap bahagia. Hal ini tetap bisa dilakukan di tengah banyaknya orang mengejar identitas agar tampak wah dan hebat.

Lalu, apa saja yang sebaiknya dilakukan dan apa saja yang seyogianya ditinggalkan untuk mampu hidup bersahaja dan bahagia di tengah hiruk-pikuk perlombaan merebut gaya hidup hedonis?

Hidup bersahaja tapi bahagia (Sumber gambar: kapanlagi.com).
Hidup bersahaja tapi bahagia (Sumber gambar: kapanlagi.com).

Hidup Bersahaja Tapi Tetap Bahagia

Hidup bersahaja tetapi bahagia menggambarkan filosofi hidup yang menekankan kesederhanaan dan kepuasan dalam hal-hal yang sederhana. Berikut penulis kemukakan beberapa pokok pikiran tentang hidup dengan cara ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun