Dodi Kurniawan
Dodi Kurniawan Guru

Pengajar di SMA Plus Al-Wahid

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Artikel Utama

Obituari di Hari Idulfitri

2 Mei 2022   11:25 Diperbarui: 12 April 2023   06:11 2085
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Obituari di Hari Idulfitri
Sumber ilustrasi: ANTARA/Moch Asim via KOMPAS.com

Tapi seseorang di ruang tersebut membuat air mata tak lagi kuasa untuk ditahan, Tahirah---sebuah nama yang saya berikan atas permintaan kakeknya lebih dari 23 tahun lalu. Tari, begitu biasa kami memanggilnya, ia adalah anak tunggal almarhumah. Buah hati dan pusat dalam semesta kehidupannya. 

"Tari, kamu harus kuat ya," hanya itu kata-kata yang terucap. Tidak ada nasehat apapun yang terucap. Tidak perlu. Tari adalah anak yang dibesarkan dengan untaian nasehat penuh kasih dari kakeknya.

Sabeela hanya berdiri tanpa kata. Matanya terlihat tenang. Tapi saya tahu dalam hatinya ada berbilang kata yang tidak bisa ia ungkapkan untuk kakak sepupunya tersebut. Dan saya yakin kalau sepupunya tahu persis itu. Kami dibesarkan dan dididik untuk tidak larut dalam tangisan dan kesedihan. 

Kedua orangtua kami mendidik kami untuk tidak menangisi diri. Saat kedua orangtua kami meninggal, pertama ibu kami pada tahun 1999 lalu kemudian bapak pada tahun 2017. Tidak ada tangisan yang berlebihan. Hanya isak yang dalam. Hanya lelehan air mata sebagai penanda luka di hati akibat berpulangnya orang-orang tercinta kami. Saya melihat tradisi itu mengalir dalam darah anak-anak saya.

Saya baru menguasai sepenuhnya keadaan saat istri saya meminta si bungsu untuk menyiapkan perlengkapan eksisi untuk Uwaknya. Terdengar via telepon ia memastikan bahwa apa yang ibunya instruksikan sudah disiapkan dan akan segera diantarkan ke rumah duka. 

Dalam waktu singkat semua dibereskan. Jenazah dibawa ke kamar mayat sambil menunggu pengurusan administrasi dengan pihak rumah sakit. Pengurusan berjalan lancar. Posisi H-1 Idulftri menjadikan rumah sakit agak melengang. Tidak ada antrian panjang ataupun birokrasi yang bertele-tele. 

Saya merasa bersyukur dan berterima kasih kepada pihak rumah sakit, Singaparna Medika Citrautama, atas layanannya yang penuh empati. Hal ini sangat membantu Tari dalam meringankan derita keponakan saya yang baru kehilangan ibunya dalam hitungan jam.

Jenazah sudah tiba duluan di rumah pusaka orang tua kami saat Tari dan saya sampai. Sementara istri dan si sulung ke rumah duka calon donor yang pertama untuk eksisi. Beberapa waktu kemudian si bungsu pun datang. Ekspresi yang sama ia perlihatkan. Persis seperti kakaknya. 

Di langit sebelah utara rumah duka tampak awan menghitam. Beberapa kali guntur terdengar menandakan bila hujan akan segera turun. Dan jelang Ashar hujan pun turun dengan lebatnya. Tidak lama berselang istri dan si sulung sampai di rumah duka. Atas restu suami dan anak tunggalnya prosesi donor kornea mata pun dilaksanakan. Almarhumah telah mewujudkan niatnya berbagi penglihatan dengan sesamanya.   

Menyoal Idulfitri, Lebaran dan Mudik
Setengah hari telah berlalu sejak kemarin siang. Dan hari ini adalah Idulfitri. Seorang muslim tidak diciptakan untuk stagnan dalam ratapan apalagi menurun dalam perjuangan. Ia harus berproses dan berprogres. Sebuah diktum dalam QS Al-Insyirah: 7 menegaskan Faidza faraghta fa(i)nshaba, yakni apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain).

Tradisi munggahan yang mengawali Ramadan merupakan fase transisi agar kita tidak shock menjalani bulan tirakat dan ibadah ini. Pun selepas berakhirnya Ramadan, ritme dinamis tersebut dijaga dengan isyarat kata syawwal agar tetap tinggi---bahkan meninggi.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun