Dodi Kurniawan
Dodi Kurniawan Guru

Pengajar di SMA Plus Al-Wahid

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Munggahan

2 April 2022   09:31 Diperbarui: 2 April 2022   16:18 1545
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Munggahan
Karya Tim Kreatif OSIS SMA Plus Al-Wahid

Kedua, nyekar atau nadran. Nyekar dalam bahasa Sunda artinya menaburkan sekar (bunga). Sementara nadran nampaknya merupakan serapan dari kata Arab nadzar (janji). Berbeda halnya dengan kaul (berasal dari kata Arab, qaul) yang juga berarti janji. Bila kaul lebih kepada janji untuk melakukan sesuatu, maka nadran kebalikannya, berjanji untuk menghindarinya. Oleh sebab itu, bila sebuah kaul tidak terpenuhi dan ia tidak memiliki konsekuensi apapun, maka lain halnya dengan nadran, ia mengharuskan seseorang melakukan penebusan.

Nyekar menasehati kita untuk meniru sifat bunga. Ia harum, indah dan menyenangkan bagi yang melihatnya. Selepas kita kuramasan yang dengannya segala noda sirna maka kita diharapkan menjadi sekuntum sekar. Akan tetapi sudah menjadi fitrah kehidupan setiap keindahan akan memiliki godaannya tersendiri. Untuk itu, demi menjaga sang sekar dari lebah dan kumbang maka ia dipagari dengan nadran. Sebab, keindahan yang tak terjaga akan luruh dalam layu bahkan mati. 

Mengapa harus ada nadran atau ziarah kubur? Kuburan adalah tonggak pengingat kematian. Ziarah kubur merupakan nasihat kepada kita bahwa sejak kematian adalah niscaya. Tidak ada yang lebih baik selain menjaga diri dari noda. Sehingga, saat maut menjemput, kita berpulang dalam keadaan nirmala atau tanpa noda. Dan bila tidak demikian, sebagaimana konsekuensi yang tersirat dalam kata nadran sementara sorga tidak menerima cela dan noda, maka kita terpaksan harus menjalani fase penebusan dan pensucian yang bernama neraka. Na'udzubillah!

Ketiga, munggahan. Inilah sebenarnya fase tertinggi dari rangkaian tradisi jelang Ramadan tiba.

Kita pasti pernah mendengar istilah mengunggah sebagai padanan kata upload. Unggah dalam bahasa Sunda berarti naik atau menapak ke atas. Orang Sunda mengatakan munggah haji untuk menggambarkan pelaksanaan ibadah haji yang dijalani seseorang. Pun begitu, untuk seseorang yang berubah perilakunya saat ia berubah status sosialnya, orang Sunda menyebutnya sebagai unggah adat.

Dari makna munggah---yang darinya tradisi munggahan berasal---ternyata kita diajari sebuah pesan yang indah. Bahwa setelah kita mencapai tahapan nirmala melalui kuramasan lalu dijaga dengan baik sehingga kita berubah menjadi laksana sekuntum sekar melalui nyekar atau nadran, maka kita siap untuk unggah (naik) menapaki tangga keagungan Ramadan.          

 

Selamat Datang, Ya Ramadan!    

Bulan Sya'ban bersiap melepaskan hari terakhirnya untuk mempersilakan Ramadan singgah dengan segala kebesarannya petang nanti. Rasa rindu menyelinap ke dalam bilik-bilik hati.

Saat jari-jari ini melompat-lompat di atas papan tombol laptop, saat huruf demi huruf muncul di bilah layar, dan saat otak mendaraskan kata-kata, sulit rasanya untuk menjernihkan pandangan yang memburam oleh linang air mata. Saya sudahi saja tulisan ini.

Marhaban, ya Ramadan!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun