Diantika IE
Diantika IE Freelancer

Penulis, Blogger, Guru, Alumnus Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Menulis di Blog Pribadi https://ruangpena.id/

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Puasa dan Level Kepedasan

21 April 2021   11:13 Diperbarui: 21 April 2021   11:20 1456
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puasa dan Level Kepedasan
channelnewsasia.com

Setiap orang punya sahabat dan lingkungan pergaulan yang nyaman dengan dirinya. Ketika berbicara dengan sahabat diajak bercanda habis-habisan dibully sekalipun maka tidak merasa sakit hati. Kenapa? karena sudah biasa. Orang yang ia hadapi adalah sahabatnya sendiri. Selalu ada maaf yang disediakan untuk shabatanya tersebut. Dibully, dikatai, dimaki, tidak menjadi masalah baginya. 

Namun akan sangat berbeda ketika dikritik oleh seseorang yang belum terlalu dikenalnya. Satu kritikan sederhana saja bisa jadi dianggap sebagai cacian. Bagi orang yang mudah tersinggung, tertusuk jarum bisa terasa dihunus pedang.  

Kemudian ada lagi kasus lain. Ada orang yang justru tidak tahan dengan kritikan, cacian dan kata-kata pedas yang keluar dari mulut orang yang justru sangat disayanginya. Kritikan akan dianggap sebagai bentuk ketidakpedulian. Karena orang tersebut telah terlalu percaya bahwa orang yang menyayanginya tidak mungkin akan menyakiti perasaannya. 

Ketika di luar sana masih ada orang yang mungkin dapat menyakiti perasaannya, maka orang terdekat adalah orang yang justru dianggap lebih bertanggung jawab akan menjaga perasaan dan melindunginya. Satu-satunya tempat pulang yang paling aman dan nyaman dari sengatan dunia dan pedasnya kata-kata.

unsplash
unsplash
3. Karena sedang dalam keadaan kurang sehat

Seseorang doyan makanan pedas. Namun suatu hari, kondisi badannya sedang tidak fit. Jangan sekali-kali memberikan makanan terlalu pedas padanya. Bisa jadi dia tambah sakit. Begitu juga dengan orang yang memang sudah sangat dekat dan telah terbiasa bercanda. Suatu waktu kita harus paham, bahwa tidak selamanya kondisi perasaannya dalam keadaan baik-baik saja. 

Sedang banyak pikiran, kurang tidur, dalam keadaan lapar dan ada dalam perasaan tertekan dan kelelahan adalah salah satu pemicu mengapa orang yang biasa diajak becanda bisa mudah tersinggung dengan perkataan kita. Apalagi sekarang sedang bulan Ramadan. Orang-orang di sekitar kita sama-sama menahan lapar dan dahaga karena sedang berpuasa. Sumbu kesabarannya lebih pendek dari biasanya. Berhati-hatilah.

4. Karena memang tidak suka dengan makanan pedas 

Ketika hidangan makanan pedas Anda tidak dicicipi oleh tamu, jangan dulu tersinggung. Siapa tahu dia memang tidak suka dan tidak berani menyantapnya. Ketika materi pembicaraan kita tidak disenangi oleh orang lain, jangan sekali-kali memaksanya untuk tetap mendengarkan dan mencernanya. 

Setiap orang berhak menentukan level pedasnya masing-masing dan memiliki hak untuk menjaga kesehatan pribadinya. belajarlah untuk mengatur level kepedasan hidangan Anda. Serta jangan lupa terus belajar untuk mau mencicipi makanan pedas, agar perlahan terbiasa. Karena tidak semua hidangan yang kita dapatkan hidangan lezat dan ramah di lidah apalagi di perut kita. 

Dengan terus melatihnya, Anda akan terbiasa dan lambung Anda pun akan baik-baik saja. 

Semoga bermanfaat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun