Mohon tunggu...
Dianna FitriaNovita
Dianna FitriaNovita Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Airlangga

Mendengarkan musik, menonton film, menulis, bersepeda

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Terlihat Kurus Dikira Tak Terurus, Semakin Berisi Dikira Tak Pernah Depresi

25 April 2024   22:18 Diperbarui: 25 April 2024   22:20 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Begitulah stigma yang tercipta di masyarakat Indonesia. Sebagian besar masih banyak yang tidak menyadari bahwa mengomentari (cenderung menyalahkan) bentuk tubuh seseorang termasuk dalam kategori body shaming. Hal tersebut bisa berdampak negatif kepada pihak korban yang terus menerus mendapatkan perlakuan kurang menyenangkan itu. Tidak sedikit korban yang merasa stress bahkan mengarah pada depresi. 

Saya teringat dengan pengalaman sebagai salah satu korban body shaming sejak kecil. Ketika saya terlihat kurus banyak yang berkomentar bahwa saya seperti orang yang tidak terurus. Banyak yang menyarankan saya minum berbagai macam suplemen makanan untuk meningkatkan selera makan agar dapat menambah berat badan.

Saya terpaksa minum berbagai suplemen makanan yang direkomendasikan orang-orang yang saya temui (tetangga,saudara,dlsb.) karena orangtua saya juga mendukung supaya saya menambah berat badan dan meningkatkan selera makan saya. Padahal saya tidak merasa ada yang salah dengan berat badan saya. 

Salah satu suplemen makanan yang membuat tenggorokan saya kesulitan menelannya adalah minyak ikan. Aromanya amis dan rasanya benar-benar tidak enak. Itu adalah pengalaman mendapat siksaan terberat dalam hal menelan suplemen makanan dalam hidup saya.

Kasus terpaksa mengkonsumsi suplemen makanan yang menyiksa itu berlangsung hingga saya SMP. Sejak kecil saya juga sering makan malam. Menikmati makanan berat di tengah malam seperti nasi goreng, bakso, martabak manis, kebab, dlsb. Hal tersebut tidak begitu berpengaruh dengan kenaikan berat badan saya hingga SMP.

Namun, saat saya kembali mengalami sakit tifus kelas 8 SMP dalam kurun waktu yang cukup lama membuat berat badan saya bisa meningkat. Bahkan, wali kelas saya saat itu sempat tidak mengenali saya. Pipi chubby saya semakin menjadi ciri khas yang tidak bisa dilupakan.

Semenjak itu berat badan saya cenderung meningkat hingga lulus SMA. Saya masih mendapatkan perlakuan kurang menyenangkan saat berat badan saya yang cenderung meningkat ini. Dibilang gendut, anak gadis tidak pantas kalau terlihat gemuk. Pernah juga dibilang saya semakin berisi karena tidak pernah depresi (merasakan kesusahan dalam hidup). 

Kini, saya harus mulai memikirkan bagaimana cara diet yang sehat untuk menurunkan berat badan. Lagi-lagi salah satu faktornya karena komentar kurang menyenangkan dari orang-orang di sekitar saya.

Selain diet menurunkan berat badan, fokus utama saya adalah menjaga kesehatan. Setelah semua seimbang dan tercapai targetnya, saya tidak akan mau terlalu mengambil pusing apabila ada orang yang masih melakukan body shaming terhadap saya. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun