Mohon tunggu...
Deni Mildan
Deni Mildan Mohon Tunggu... Lainnya - Geologist

Geologist | Open Source Software Enthusiast | Menulis yang ringan-ringan saja. Sesekali membahas topik serius seputar ilmu kebumian | deni.mildan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Kenangan Masa Kecil bersama Buku Catatan Ramadan

19 April 2021   07:26 Diperbarui: 21 April 2021   05:53 1537
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Pengisian Buku Catatan Ramadan (Sumber: https://www.idntimes.com)

Bagi kita yang generasi milenial, pasti sudah tidak asing dengan buku catatan Ramadan. Buku ini punya beragam nama: agenda Ramadan, buku kegiatan Ramadan, buku amaliah Ramadan, dan lain sebagainya. Macam-macam sebutan, namun sama-sama berfungsi sebagai catatan pencapaian ibadah kita selama Ramadan.

Saya sendiri terakhir kali mengisi buku ini saat SD. Saya ingat betul setiap Ramadan tiba, buku tersebut selalu dibagikan ke setiap siswa.

Wali kelas dan guru PAI selalu mengingatkan untuk mengisi buku dan mengumpulkannya saat masuk sekolah pasca libur Lebaran. Di beberapa kesempatan, guru-guru seakan hilang ingatan, lupa kewajiban siswa mengumpulkan catatan. Barangkali pikiran mereka masih menerawang liburan, belum mau dibuat pusing urusan siswa di sekolah.

Meski tiap tahun penampilannya berubah, secara umum buku yang saya terima paling tidak memuat 4 unsur utama, yaitu catatan puasa, catatan shalat wajib, catatan shalat tarawih, dan ceramah kuliah subuh. Checklist tersebut secara tidak langsung memacu saya untuk getol beribadah. Bukan karena niat tulus, tapi saya pikir akan keren jika buku tersebut penuh dengan tanda centang. Maklum, masih SD.

Catatan kuliah subuh adalah yang paling berkesan. Saya sempat bingung memikirkan cara pengisian kolom-kolom kosong yang tercetak di buku karena masjid dekat rumah tidak mengadakan kuliah subuh. Saya akhirnya memiliki ide yang agak curang: mencatat isi ceramah kuliah subuh di televisi. Urusan tanda tangan bisa belakangan. Banyak orang dewasa yang bisa dimintai tolong memalsukan tanda tangan.

Buku catatan Ramadan terkesan seperti Lembar Kerja Siswa (LKS) versi Bulan Ramadan. Sifatnnya mirip tugas tambahan sekolah, agak memaksa dan sedikit merepotkan. Akan tetapi, secara pribadi ada beberapa manfaat yang saya rasakan selama bertahun-tahun berkutat dengan buku tersebut.

1. Mengembangkan budaya menulis dan mencatat

Mencatat memang keliatan sepele. Namun dibalik itu, mencatat di media buku memiliki manfaat yang tidak bisa diperoleh dengan mencatat perangkat canggih sebagaimana umumnya sekarang. Dikutip dari www.idntimes.com, mencatat dengan tulisan tangan dapat melatih fokus pada apa yang sedang dicatat dan mempertajam daya ingat. 

Saat sedang memperhatikan ceramah kuliah subuh, poin-poin penting yang disampaikan penceramah akan lebih mudah hilang dari kepala jika hanya didengarkan saja. Dengan mencatat rangkuman ceramah, siswa diharapkan mampu memusatkan perhatian mereka pada substansi materi dan memahaminya dengan baik.

2. Melatih pengaturan jadwal kegiatan harian

Sebagai anak sekolah yang belum punya kegiatan lain selain belajar di sekolah dan di rumah, waktu luang terkadang saya habiskan dengan bermain dengan teman atau nongkrong di depan Playstation. Di Bulan Ramadan dimana waktu belajar jadi lebih singkat, saya terkadang lupa waktu dan menunda-nunda kegiatan lain, misalnya shalat dan belajar mengaji.

Buku catatan Ramadan ternyata dapat membuat kegiatan harian selama Ramadan lebih terjadwal. Secara tidak langsung kolom-kolom kosong tersebut menjadi tuntutan tertulis yang meminta untuk segera dilengkapi isinya. Orang tua juga jadi lebih mudah melakukan kontrol terhadap kegiatan ibadah yang wajib dilakukan siswa, misalnya shalat yang 5 waktu.

3. Membiasakan diri beribadah

Menurut pendapat Imam Ghazali sebagaimana dikutip oleh Prof. Dr. Hamka dalam bukunya Falsafah Hidup, ada 3 hal yang mendorong seseorang untuk melakukan kebaikan: bujukan atau ancaman, mengharapkan pujian dan takut celaan, dan bercita-cita hendak menegakkan budi yang utama dengan ikhlas. Untuk ukuran siswa SD, motivasi pertama dan kedualah yang paling dominan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun