Home Educator Omah Rame, Pengajar di BKB Nurul Fikri, Konselor Laktasi, Content Creator
Kue Srikaya, Hidangan Khas Ramadan yang Dirindukan
Umi selalu memasak kue ini saat Ramadan. Tak ada acara berbuka tanpa kue ini. Nikmatnya kue srikaya dingin buatan umi masih terkenang di lidah saya. Ah, jadi kagen umi.
Asal Usul Kue Srikaya
Besar dalam lingkungan keluarga keturunan Arab yang tinggal di daerah Ampel, membuat saya akrab dengan berbagai hidangan khasnya. Mulai dari nasi kebuli, sambosa, krengsengan kambing hingga kue srikaya ini.
Awalnya saya mengira kue srikaya ini adalah hidangan asli Ampel Surabaya. Namun faktanya, kue ini berasal dari Palembang.
Kue ini menjadi salah satu hantaran wajib saat upacara pernikahan di Palembang. Kue srikaya memiliki dijadaikan lambang kelanggengan hubungan, baik dengan keluarga maupun orang lain.
Tak hanya di pesta pernikahan saja. Kue ini juga biasa dijumpai pada acara-acara spesial lainnya, misalnya saat tahun baru dan lebaran.
Kue srikaya ini memiliki makna filosofi yang dalam. "Sri-Kaya" berarti dewi padi yang mendatangkan kemakmuran. Kue ini dianggap sebagai simbol kemakmuran. Kue ini juga disebut sebagai makanan mertua. Sebab kue ini sering menjadi hantaran yang dikirim menantu kepada mertua.
Dari namanya, banyak yang menduga bahwa kue ini berasal dari buah Srikaya. Namun, kenyataannya tidak ada buah srikaya dalam pembuatan kue ini.
Tapi memang pada awalnya kue ini terbuat dari buah srikaya. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, bahan pembuat kue ini pun berubah.
Buah srikaya digantikan oleh bahan lain yang menyerupai. Ini menunjukkan kemajuan ilmu pengetahuan manusia yang dapat melakukan rekayasa terhadap makanan sehingga menghasilkan rasa yang sama seperti buah srikaya asli.
Di Palembang, kue srikaya berwarna hijau, sebab ada campuran daun pandan. Tetapi kue srikaya yang biasa saya makan berwarna cokelat. Terbuat dari campuran gula merah.