Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Nostalgia Ramadan Masa Kecil: Ada Maling tetapi Ketuk Pintu?

19 April 2021   14:00 Diperbarui: 19 April 2021   14:01 1894
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi mengetuk pintu. Sumber: iStock via Tribunnews.com

Ramadan selalu indah, apalagi saat masih kecil. Karena, selain belum wajib ikut berpuasa, saat kecil juga tidak perlu memikirkan mau sahur dengan menu apa, dan berbuka dengan menu apa.

Tetapi, ada yang tidak saya suka ketika Ramadan masa kecil, yaitu sering sakit. Hampir banyak momen Ramadan yang saya lupakan, karena lebih banyak tergolek di kasur daripada ikut meramaikan suasana Ramadan.

Ketika sakit pun rasanya menyebalkan banget ketika masih terasa lama, bahkan sampai takbir pertanda Hari Raya Idul Fitri tiba terdengar. Meski begitu, saya ajak pembaca mengingat salah satu momen kala Ramadan yang berhasil saya ingat pagi ini.

Ramadan entah sejak kapan, sudah identik dengan kebiasaan orang-orang membangunkan untuk bersahur. Sebenarnya, tanpa itu, pertanda sahur pun sudah ada dari masjid.

Kebetulan, rumah masa kecil saya dekat dengan masjid. Hanya sekitar 100-an meter. Dengan status masjid itu adalah masjid besar, bahkan di kabupaten tersebut, maka kualitas 'halo-halo'-nya pasti dapat menjangkau beberapa tempat di sekitarnya, termasuk kampung tempat tinggal saya.

Namun, karena seperti sudah menjadi kebiasaan, orang-orang di kampung masih membangunkan orang untuk bersahur dengan cara mengunjungi rumah-rumah. Kebetulan di kampung itu juga tidak banyak rumah, mungkin tidak sampai 50 rumah saat itu.

Orang-orang yang membangunkan pun pada kemudian hari saya ketahui dilakukan oleh pemuda-pemudanya dan anak-anak di jenjang SD menjelang SMP. Mereka juga pasti laki-laki.

Biasanya mereka juga membangunkan dengan cara memukul benda-benda yang berbunyi seperti kentongan bambu, ember, kaleng cat, dan sejenisnya. Kalau sudah begitu, biasanya mereka berada di titik strategis, karena dengan memukul benda-benda itu, suaranya pasti terdengar sampai ke beberapa rumah.

Soal apakah mereka terbangun karena suara itu atau tidak, saya tidak tahu. Mungkin, malah banyak orang sudah terbangun sebelum ada suara itu.

Saat itu memang belum ada ponsel canggih seperti sekarang. Tetapi, saat itu beker masih populer. Banyak rumah, setahu saya mempunyai beker.

Ilustrasi keberadaan jam weker (beker). Sumber: Ridofranz via Kompas.com
Ilustrasi keberadaan jam weker (beker). Sumber: Ridofranz via Kompas.com
Bahkan, rumah sederhana seperti tempat tinggal saya pernah ada beker. Tentu, harganya tidak semahal punya orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun