Mohon tunggu...
Casmudi
Casmudi Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Seorang bapak dengan satu anak remaja.

Travel and Lifestyle Blogger I Kompasianer Bali I Danone Blogger Academy 3 I Finalis Bisnis Indonesia Writing Contest 2015 dan 2019 I Netizen MPR 2018

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Drama Emosi dan Air Mata itu Bernama Mudik Lebaran

6 Juni 2018   23:56 Diperbarui: 7 Juni 2018   00:38 1026
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kampung halaman, tujuan mudik Lebaran yang meluapkan emosi dan air mata (Sumber: dokumen pribadi)

Ada peribahasa yang menyatakan bahwa sejauh-jauhnya tupai melompat pasti akan jatuh juga. Sebuah peribahasa yang menyentuh alam sadar kita. Di mana kehebatan sang tupai dalam melompat tidak diragukan lagi tetapi akan menemukan masa kelamnya jatuh ke tanah. Begitu juga manusia, kehebatan manusia menjelajah hingga ke kutub dunia manapun, mereka akan menemukan rasa rindu dan kangen akan kampung halaman.

Manusia pada dasarnya mempunyai sifat fitrah yang berarti bukan hanya bersih atau suci saat lahir tetapi mereka juga akan kembali ke dasar di mana mereka dilahirkan. Maksudnya, manusia akan merindukan di mana mereka dilahirkan untuk menemui orang tua, keluarga dan sahabat-sahabat kecilnya.

Banyak hal menarik yang dilakukan manusia untuk menemui titik dasar di mana mereka dilahirkan. Dan, mereka akan menemuinya pada saat terbaik untuk meluapkan kegembiraan seperti "anak kecil" di hadapan orang tua yang telah membesarkan jiwanya. Mudik yang berarti "menuju ke udik (kampung atau desa) bukan sekedar ritual biasa. Tetapi, sebuah ritual indah yang menguras emosi dan air mata.

Kangen dan Rindu  

Mudik Lebaran atau Hari Raya Idul Fitri merupakan sebuah pengorbanan besar manusia untuk menemuai fitrahnya.  Sejauh apapun, secanggih apapun, sekaya apapun, sehebat apapun manusia berkelana hingga ke ujung dunia, maka mudik lebaran merupakan wujud bakti manusia yang berusaha untuk menemui orang tua yang telah membesarkannya. Meskipun, orang tua tinggal di gubuk reot sekalipun. 

Kadangkala, mudik Lebaran merupakan sarana mempertemukan dua dunia yang berbeda. Dunia orang tua yang bergerak dalam lingkup yang kecil di mana mereka mulai memahami hidup ini "amung sadermo nglakoni" (cuma melakukan yang ringan-ringan saja). Orang tua mulai mencari tempat yang membuat mereka betah untuk merenda masa tuanya. Dan, kampung halaman merupakan sarana yang cocok untuk melanjutkan kehidupannya hingga tua.

Sedangkan, sang anak yang mulai berpikiran maju bergerak tanpa batas melintasi dunia. Mereka menggapai mimpi semaksimal mungkin hingga ke kutub dunia sekalipun. Kemudian mereka berhasil menjadi orang besar, sukses dalam usaha atau menjadi pejabat penting. Namun, sang anak tetaplah sadar betul bahwa kesuksesan, kehebatan, jabatan yang diembannya merupakan hasil cetak orang tua sejak kecil.

Di sinilah hebatnya sebuah ritual indah yang bernama Mudik Lebaran. Sang anak yang berasal dari penjuru dunia manapun  bersusah payah hanya untuk menemui raga orang tua yang kian melemah. Rambut mulai beruban, wajah mulai banyak keriput atau daya ingat mulai berkurang dan lain-lain. Inilah salah satu bukti bakti sang anak terhadap orang tua.

Bahkan, ritual Mudik Lebaran menjadi sarana yang indah untuk menjalin silaturahmi, mengenalkan lebih jauh keluarga baru atau membangkitkan motivasi orang tua kepada anaknya. Banyak orang tua yang berpesan kepada anaknya agar selalu ingat Tuhannya.

Mudik Lebaran yang luar biasa juga menjadi agenda nasional. Betapa hebatnya acara mudik yang melibatkan banyak personil TNI, Polri dan badan lainnya dengan tujuan jalur mudik aman dan terkendali. Berbagai sponsor perusahaan pun jor-joran memberikan kemudahan mendapatkan pelayanan saat mudik. Dari pijat gratis hingga produk gratis.

Pemerintah juga bersiap siaga 24 jam selama periode mudik di tiap-tiap titik yang dianggap rawan kecelakaan dan kejahatan. Perusahaan transportasi baik plat merah maupun swasta berusaha untuk melayani penumpang sebaik mungkin. Tetapi, pada kenyataannya selalu tiket terjual habis. Bukan itu saja, berdesak-desakan untuk mendapatkan tempat duduk atau tiduran selama perjalanan diperjuangkan hingga debu berpadu dengan keringat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun