Budi Susilo
Budi Susilo Lainnya

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Artikel Utama

Topak Ladheh, Hidangan Setahun Sekali yang Sedap dan Gurih

3 Mei 2022   10:08 Diperbarui: 5 Mei 2022   11:45 3420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Topak Ladheh, Hidangan Setahun Sekali yang Sedap dan Gurih
Sepiring topak ladheh siap disantap (dokumen pribadi)

Daging direbus. Air rebusan pertama dibuang. Ganti air lalu rebus lagi hingga empuk. Kemudian, pindahkan ke panci lebih besar. Tambahkan air. Masukkan rempah daun dan rimpang (serai, daun jeruk purut, lengkuas).

Daging sedang direbus ditambah bumbu ladheh, daun, rimpang (dokumen pribadi
Daging sedang direbus ditambah bumbu ladheh, daun, rimpang (dokumen pribadi

Kuah ladheh dipindahkan ke tempat lebih besar (dokumen pribadi)
Kuah ladheh dipindahkan ke tempat lebih besar (dokumen pribadi)

Cara memasak selengkapnya dapat dibaca di: Topak Ladheh, Hidangan Lebaran yang Tidak Ada di Pasaran

Sekali lagi. Tidak terasa "berat" di mulut dan perut. Mengenyam hidangan opor bersantan dan kawan-kawan, saya mengetahui seperti apa respons lidah. Makanan familier di dalam kehidupan sehari-hari.

Berat di mulut, tidak ada sensasi unik yang dapat dirasakan. Berat di perut, makanan dengan bahan dasar daging dan santan kental dapat membebani pencernaan. Juga kesehatan, apabila dikonsumsi berlebihan atau terus menerus.

Baca juga: Penyeimbang Olahan Daging dan Bersantan pada Lebaran

Topak ladheh, pengadaannya hanya setahun sekali pada momen lebaran. Untuk mencarinya di pasaran pun, sampai sekarang saya tidak berhasil menemukan penjual topak ladheh.

Maka lebaran menjadi kesempatan makan makanan khas yang jarang itu. Mengabaikan dulu tawaran tetangga untuk mencicipi hidangan rendang, opor, dan seterusnya. Di luar lebaran, olahan tersebut bisa dicari.

Kembali ke topak ladheh. Setelah ditambah garam meja, sedikit kuah di ujung sendok dikecap dulu. Obur-obur (kacang panjang, sambel tampes, bubuk kedelai, sambal) dan kerupuk ditambahkan. Saatnya makan.

Minyak pada kuah berasal dari kelapa sangrai dan kaldu daging. Uap melayang mengundang rasa lapar. Ya. Bau makanan ini sangat khas, harum yang merangsang.

Kelapa yang gurih bergabung dengan segala rempah terkecap di lidah, bukan manis seperti santan. Kuahnya ringan, tiada bosan untuk terus-menerus diseruput. Lezatnya tidak biasa tiada banding. Enaknya luar biasa.

Ke perut, topak ladheh tidak terasa membebani. Tidak ada reaksi janggal dari pencernaan manakala menerima makanan tersebut. Tidak muncul nggliyeng (apa ya artinya?) di kepala, seperti seusai makan masakan bersantan secara berlebihan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun