gurujiwa NUSANTARA
gurujiwa NUSANTARA Konsultan

"Sebagai Pemanah Waktu kubidik jantung masa lalu dengan kegembiraan meluap dari masa depan sana. Anak panah rasa melewati kecepatan quantum cahaya mimpi" ---Gurujiwa--

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN

Ini Petualangan Kojima-ku, Mana Petualanganmu?

4 Mei 2021   00:08 Diperbarui: 4 Mei 2021   00:46 660
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ini Petualangan Kojima-ku, Mana Petualanganmu?
Sambil meneguk Kojima penghangat pagi.  Menikmati sunrise di I'Ampelgading Homeland, Kecamatan Bendungan, Kabupaten Semarang (Instagram @farkhan.grg)


 Merdeka di alam bebas, adalah hobi kami disaat muda. Dimana saja tempat bisa membuka tenda, akan kami lakukan. Di pantai, di lembah, apalagi di gunung. Sungguh perjalanan yang tak mudah, di setiap lokasi yang dipilih untuk berteduh sementara. Memiliki tantangan tersendiri. Bila tak jeli memilih titik berteduh, bisa menjadi petaka tak berujung.


Pernah, saat masih aktif pramuka di masa SMP, di Menawan, Punggungan Gunung Muria, regu kami memilih titik kemah di ledokan tanah,  yang saat terang tanah, aman aman saja. Problem mulai menyiksa, ketika malam hujan turun tidak berampun. Tidak Cuma membasahi tenda putih dari kain flanel kami, tapi juga membasahi dasar tenda. Tidak Cuma basah, tetapi justru menjadi genangan air awalnya, dan lama lama jadi kubangan lumpur yang menyiksa. Dari sepuluh anggota regu Kobra, tak ada yang bisa memejamkan mata. Kami kebasahan, kami kedinginan. Sepanjang malam.


Sampai akhirnya kami menemukan bambu yang sudah kami ikat segitiga, untuk bahan dudukan menara, dan belum sempat kami pasang. Malam itu kami rubah fungsinya, jadi perahu duduk, penyelamat kami di tenda. Sungguh amat menyiksa situasinya, setelah belasan lagu berlalu, kami berteriak bernyanyi agar tubuh kami hangat, justru tubuh kami makin kedinginan.


Untung ada madu, beras kencur, dan susu tersisa. Kami panaskan dan minum bergantian. Pelan pelan ada rasa hangat yang mengalir di tubuh kami yang basah. Kami bisa tertidur,  walau dalam posisi duduk dan saling adu punggung. Sungguh seru dan tak terlupakan.


Pada kali yang lain, penulis bersama buah hati, membuka tenda di kawasan Ranca Upas yang berkabut dan teramat dingin. Upaya mendirikan tenda sungguh tak mudah, walau tenda sudah cukup canggih,  tapi kami datang terlalu sore, sehingga ada kesulitan tersendiri saat mendirikan tenda di dalam suasana gelap, minim lampu. Setelah tenda bisa didirikan dengan susah payah, harapan kami, malamnya akan jadi malam yang seru, karena kami membawa jagung rebus,  singkong, bahkan nuget dan sosis untuk dibakar ramai ramai.nanti.


Makan malam berlangsung khidmat, karena kami masih membawa bekal lauk cukup dari perjalanan siang. Tinggal memasak nasi liwet, dilengkapi air panas, untuk menjerang teh dan kopi. Langit banyak bintang. Cerah tanpa hujan sepertinya. Besok akan jadi hari yang indah, kami akan melihat penangkaran rusa, yang epik dan eksotik. Saking jinaknya rusa rusa itu, sering dijadikan latar belakang untuk foto pra-wedding yang langka juga mahal. Romantisme penganten baru, berbalut keliaran alam bebas yang terukur. Masih ada lagi, berkunjung di penangkaran elang tak jauh dari bumi perkemahan malam ini,


Malam cepat bergeser, menuju tengah malam. Kebetulan kami membawa madu manis asli baduy, yang dikirim orang suku baduy langsung ke rumah kami, dengan berjalan kaki dari kampungnya di kawasan Lebak sana. Meminumnya dua sendok gelas, atau satu dua tegukan menjelang tidur, menenangkan tubuh dan memberi enerji yang cukup untuk melewati malam super dingin yang dilingkupi kabut. Sebelum kabut menutup semua pandangan,  malam itu kami tarik risleting nutup tenda. Kami tidur dalam kehangatan dari dalam tubuh yang sempurna. Brrr..!


Kini tehnologi semakin canggih, mendirikan tenda tidak harus rumot dan me,akan waktu lama, ada tehnologi tenda terbaru, yang cukup dilempar begitu saja, bisa langsung terbuka berkembang.  Keren.


Nah, madu pun kini dikemas dalam sachet praktis, dan botol plastik hitam berhias bunga bunga kecil. Bahkan madu sekarang dipadukan dengan jinten hitam atau habattus saadah, dan kurma. Tiga nutrisi kebaikan ini dipadukan dalan merek Kojima -Korma, Jinten hitam dan madu-. Kalau saja tehnologi minuman kesehatan sudah ada di waktu kami masih rutin melanglang lembah, gunung buka tenda. Tidak ada pilihan, Kojima akan jadi minuman penambah tenaga praktis yang menemani petualangan, kojima teman setia di gunung saat dingin, bahkan saat matahari membakar.dengan madu pemulih stamina dipadukan dengan khasiat jinten, acap disebut penyembuh mujarab segala derita dakit, ditambah dengan muljizat korma dengan satu Kojima siap melanglang buana, praktis bermanfaat, sehat, membangkitkan stamina di era normal baru.

 Ini petualangan ku dengan Kojima, mana petualanganmu?

Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun