Mohon tunggu...
Resa Amelia Utami
Resa Amelia Utami Mohon Tunggu... Mahasiswa - Anak SastRantau | Tidak menyukai ikan dan kucing padahal satu diantaranya menyukai yang lain | IG : @ru.amelia

Ajak aku membaca, menterjemahkan kehidupan ke dalam satu bahasa; setatap yang membinar dua pusaka. Sebelum kau hapus, silahkan jejaki Storial : @aru99

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Perempuan yang Itikaf

16 April 2021   19:42 Diperbarui: 16 April 2021   19:48 959
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perempuan yang Itikaf | Sumber: https://www.prayerinislam.com/

Apakah kamu juga sepertiku?  Mengira bahwa Itikaf hanya dilakukan oleh laki-laki, sedang perempuan bertugas mengantar makanan & minuman bagi mereka. Angin takdir pun menerbangkanku ke Mesir untuk mengetaui  'yang sebenarnya'.

Tahun ini memasuki kali keempat menjalani Ramadan di tanah rantau. Meskipun begitu, ajaibnya banyak sekali momen berkesan saat Ramadan yang selalu dirindukan.
Dari mulai budaya menghias rumah jelang Ramadan, berburu kudapan iftar gratis bertajuk maidaturrahman hingga semangat tarawih dan itikaf di masjid dengan lantunan ayat-ayat yang merdu. MasyaAllah.

Kerinduan itu semakin memuncak kala pandemi menghentikan semuanya tahun lalu. Masih sangat segar dalam ingatan bagaimana kabut kesedihan menghampiri setiap saat muazin menyeru "ash-shalatu fi rihaalikum" (Salatlah di rumah kalian) di akhir azannya.
Kondisi itu terus berlanjut hingga bulan Ramadan 1441H. Tak ada maidaturrahman, tak ada tarawih, apalagi itikaf.

Seiring waktu dunia pun kian membaik, tergopoh untuk kembali bangkit. Masjid-masjid sudah beberapa bulan dibuka. Kabar baik! Tarawih tahun ini sudah diperbolehkan. Hanya saja, durasinya dikurangi 50%, pun di Masjid dekat asramaku, tak ada lagi ceramah. Hingga berkuranglah momen untuk mengembangkan salah satu soft skill yang sempat dibahas kemarin di sini.

Ramadan tahun ini sudah berlalu 4 hari, masih ada 16 hari lagi menuju 10 hari terakhir. Hari-hari yang paling dirindukan. Hari di mana pada mulanya aku ragu untuk ikut bergabung, sebab selama di Indonesia tidak pernah sekalipun turut dalam kegiatan itikaf di masjid.

Masjid Khazzan sebagai masjid terdekat dari asrama di mana aku tinggal selama merantau menjadi masjid yang memberikan kesan pertama itu. Maklum lah, berasal dari desa kecil di Kabupaten Bandung, dengan Masjid yang kecil pula membuatku tak pernah berpikir jika perempuan boleh ikut itikaf. Berbeda dengan Masjid Khazzan yang cukup megah. Para jamaah perempuan memiliki ruang privatnya sendiri di lantai dua.  Masjid-masjid besar lain di Indonesia pun ada yang seperti ini, hanya saja kebetulan aku tidak pernah pengalaman tarawih di sana.  Walhasil, kerinduan ini tertuju pada satu masjid yang memberikan kesan pertama serta pelajaran berharga.

Pada bulan Ramadan, Masjid Khazzan memfasilitasi salat tarawih berjamaah dengan bacaan satu juz serta disela dengan 7-10 menit ceramah. Berangkat dari asrama jam 8 malam, kembali pulang sekitar jam 11 malam.
Kami pun kembali pulang untuk tidur sejenak agar bisa bangun lagi jam 1 malam untuk kembali ke Masjid ikut qiyamul lail hingga Subuh.

Euforia itu kian semarak di 10 malam terakhir, di mana beberapa dari kami  tidak bisa tidur,  lebih memilih menyiapkan bungkusan makanan untuk dibawa ke Masjid dan di makan saat waktu sahur tiba.
Dari malam hingga syuruq, semua kegiatan seperti ritual perpisahan dengan dunia. Tak ada gairah lain selain zikir, salat, dan tilawah. Meski begitu, tak dipungkiri ada terkantuk-kantuk yang kadang menghampiri waktu-waktu tertentu. Seperti menjelang syuruq atau hampir ketiduran saat salat. Hehe dasar aku manusia biasa penuh dosa.

Letak masjid Khazzan di tengah pemukiman orang asing memberi warna tersendiri saat waktu sahur tiba. Di sudut-sudut masjid berkumpul akhwat sesuai dengan negaranya masing-masing, orang indonesia, pribumi (orang mesir), orang china, orang tan-tan (sebutan bagi mereka yg berasal dari Turkistan, Khazakstan, dll).

Tanpa mengetahui bagaimana sebenarnya hukum itikaf bagi perempuan, aku cukup menikmati ritmenya. Sebagaimana dikatakan Muhammad Husein Ya'kub dalam kitabnya Asrarul Muhibbin fi Ramadhan,
              "Itikaf adalah menujunya kita ke sebuah rumah yang dapat menunjukkan pada cinta sejati."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun