Aji Muhammad Iqbal
Aji Muhammad Iqbal Penulis

Pantang meninggal sebelum berkarya

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN

Idul Fitri Momentum Saling Memaafkan

14 Mei 2021   09:48 Diperbarui: 25 Mei 2021   23:55 1379
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Idul Fitri Momentum Saling Memaafkan
Ilustrasi: Tribunnews.com

Dalam kisah tersebut, kita bisa mencermati bahwa Idul Fitri bukanlah ritual untuk memewah-mewahkan diri, memaksakan membeli baju lebaran. Apalagi meminjam uang kepada tetangga demi terlehat mewah, memenuhi tempat perbelanjaan, Mall dan sejenisnya di hari-hari terakhir bulan Ramadhan.  Itu semua bukanlah esensi dari hari raya Idul fitri.

Berbicara konteks masyarakat Indonesia, Idul Fitri tidak serta merta di klaim oleh umat Islam saja. Nyatanya Idul Fitri pun dirasakan kegembiraannya oleh umat lain.

 Tidak juga dirasakan oleh orang kota saja. Orang desa pun ikut merasakan kebahagiaannya. Semuanya, di Idul Fitri bersatu padu, saling memaafkan entah itu dosa sosial maupun dosa pribadinya. 

Begitu pula para politisi yang sering bersitegang dengan lawan politiknya. Seperti konflik yang tak kunjung usai pada moment pesta demokrasi 17 April 2019 kemarin, hingga muncul aksi besar-besaran pada 22 Mei 2019, yang tidak menerima hasil keputusan KPU RI sampai aksi tersebut menelan korban jiwa. Anehnya, aksi tersebut dilakukan di tengah bulan suci Ramadhan, yang harusnya bisa menahan hawa nafsu, memperbanyak aktifitas ibadah kepada Allah SWT. 

Pemilu tahun 2019, sama halnya dengan pemilu pada tahun 1987. Kesamaanya adalah tak lama setelah terlasananya pemilu, datang bulan suci Ramadhan. 

Mahbub Djunaidi dalam buku Asal-Usul, dalam sebuah kolom yang berjudul Ramadhan halaman 126, Mahbub tampaknya menjelaskan bagaimana situasi puasanya para kontestan pasca pemilu itu.

“Dilihat dari arah bintang, tidak ada bedanya dengan calon kontestan yang bisa kursi dan yang tidak. Sama-sama menyambut datangnya bulan Ramadhan dengan hati gembira. Begitu mendengar bunyi beduk bertalu-talu, kedua golongan hamba Allah itu sama-sama mengucap syukur jika diberikan umur panjang bertemu lagi dengan puasa. Sama-sama ke pasar beli sirup, dan sama-sama pula ke pasar beli dendeng kering. Sebab di mata Tuhan kedua golongan itu tak ada bedanya, karena yang jadi ukuran takwanya,” tulis Mahbub Djunaidi.

Idul Fitri moment saling memaafkan. Para politisi mestinya belajar meneladani sosok Presiden ke-4, yaitu KH. Abdurrahman Wahid atau yang sering disebut Gusdur. Saat menghadiri acara Talk Show di salah satu stasiun televisi, beberapa tahun lalu, Gusdur mengatakan, “satu-satunya orang yang pantas menjadi musuh saya di negeri ini adalah Pak Harto. Itu pun saya masih berkunjung ke sana saat lebaran . Artinya, ya saya tidak punya musuh,” ungkap Gusdur dengan tawa khasnya.

Kita perlu menyadari, semuanya bukanlah mahluk yang sempurna, semuanya memiliki kesalahan dan kekurangan, semuanya memiliki kekesalan dan amarah. Maka dari itu mari kita bergandengan tangan dan saling memaafkan. 

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1440 H.

Banjar, 4 Juni 2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun