Achmad Saifullah Syahid
Achmad Saifullah Syahid Penulis

orang-orang cahaya berhimpun di dalam tabung cahaya, tari-menari, di malam yang terang benderang sampai fajar menjelang di cakrawala.

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Artikel Utama

Cara Tak Lazim Saling Bermaaf-maafan, Jadi Lebih Seru dan Bermakna

22 Mei 2020   01:06 Diperbarui: 22 Mei 2020   18:55 850
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cara Tak Lazim Saling Bermaaf-maafan, Jadi Lebih Seru dan Bermakna
Acara bermaaf-maafan bisa dimodifikasi dalam berbagai bentuk kegiatan. Selain saling meminta maaf, anak-anak menulis cerita tentang latar belakang dan proses bermaaf-maafan kepada sesama teman. Foto: Dok. Pribadi/ASS

"How" (bagaimana) Sholah mengakui kesalahannya? Ketika Lihan mencari sandalnya, Sholah mengaku tidak tahu di mana sandal itu.

Ini sungguh menarik. Sholah menulis secara jujur tentang ketidakjujurannya waktu itu. Hingga Lihan berhasil menemukan sandalnya, Sholah tetap tidak mengaku. Ketidakjujuran itu akhirnya diungkapkan melalu cerita yang ditulisnya.

"Imajinasi" Sholah juga menulis, seandainya sandal itu tidak ketemu, Lihan pasti dimarahi ibunya. Lihan akan merasa sedih. Ia tidak mau berangkat mengaji. Ia jadi anak bodoh.

Mari kita hitung ada berapa "langkah imajinasi" di sana? Sandal tidak ketemu menerbitkan imajinasi: ibu marah, sedih, tidak mau mengaji, dan bodoh.

Apakah berpikir imajinatif-asosiatif itu akan berhenti pada Lihan jadi anak bodoh? Tidak. Anak-anak bisa melanjutkan "langkah imajinasi"-nya, sebebas apapun, hingga tiada batas akhir.

Dari sekadar perbuatan sepele menyembunyikan sandal, anak-anak terbimbing secara imajinatif-asosiatif untuk menghitung akibat dari perbuatannya. Kesalahan "kecil" ternyata tidak kecil karena bisa mengakibatkan kerugian yang "besar".

Demikian pula perbuatan baik yang terlihat "kecil" sesungguhnya mengandung manfaat yang bernilai "besar".

Nah, karena ini konteksnya adalah menulis untuk meminta maaf, maka sesuai kesepakatan Sholah membaca tulisan hasil karyanya di hadapan Lihan. Setelah itu ia meminta maaf secara lisan kepada Lihan sambil menuturkan kesalahan itu.

"Lihan, aku meminta maaf karena pernah menyembunyikan sandalmu," ucap Sholah.

"Sama-sama, Mas Sholah," balas Lihan.

Pembacaan tulisan dan permohonan maaf kepada sesama teman menjadi sesi yang seru. Ada anak yang malu-malu membacakan tulisannya. Bahasa mereka lucu-lucu. Ekspresinya polos-polos. Gelak tawa pun pecah. Wajah mereka berbinar bahagia.

Anak-anak menikmati acara maaf-maafan secara merdeka, jujur dan autentik.[]
Jagalan, 220520

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun