Mohon tunggu...
Rina Darma
Rina Darma Mohon Tunggu... Penulis - Ibu Rumah Tangga

Happy Gardening || Happy Reading || Happy Writing || Happy Knitting^^

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Jelajah Masjid Imtizaj yang Bergaya Oriental

20 Mei 2018   23:41 Diperbarui: 21 Mei 2018   00:19 1085
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen Pribadi (Foto: Darma Legi)

Gerbang dengan pintu melengkung membentuk oval. Seperti telur yang sedikit diambil salahsatu bagiannya agar bisa berdiri. Berpadu antara warna merah dan kuning. Beratap pelana sejajar gavel. Tersangga gagah hiasan kubah. Sepintas mirip klenteng tapi bukan. Melainkan Masjid Imtizaj.

Dokumen Pribadi (Foto: Darma Legi)
Dokumen Pribadi (Foto: Darma Legi)
Begitu masuk, kita akan dibawa menuruni tangga. Disambut lampion-lampion tergantung di beberapa sudut bangunan yang berlantai dua ini. Sentuhan keemasan pun memanjakan mata. Ke sebelah kanan merupakan tempat wudhu wanita lengkap dengan fasilitas kamar kecil sedangkan ke sebelah kiri merupakan tempat wudhu pria.

Dokumen Pribadi (Foto: Darma Legi)
Dokumen Pribadi (Foto: Darma Legi)
Masuk ke bagian dalam masjid terhampar karpet dan tiang yang cukup besar. Bagian imam juga dibuat melengkung. Dinding-dinding sangat kental nuansa oriental. Arsitektur yang ciamik antara warna kuning, emas, dan merah yang melambangkan kemakmuran. Perpaduan antara Arab dengan China pun tergambar lewat kaligrafi dan huruf China. Sayang aku tak bisa membaca huruf Mandarin/Tiongkok tersebut. Pengetahuanku terhadap China pun masih sedikit. Nama atap gerbang aku ketahui dari artikel milik kompasianer Ali Muakhir. Dari blog The Missing Journey, aku mengetahui kalau Imtizaj berarti ronghe dalam Bahasa China yang berarti pembauran.

Dokumen Pribadi (Foto: Darma Legi)
Dokumen Pribadi (Foto: Darma Legi)
Masjid ini awalnya didirikan untuk kepentingan para mualaf yang berasal dari etnis Tionghoa. Lokasi pendiriannya berdasarkan pertimbangan banyaknya etnis China yang mendiami wilayah jalan ABC ini. Diresmikan tahun 2010 pada masa gubernur Jawa Barat HR Nuriana dan diarsiteki oleh Danny Swardhani MBA.

Bagi yang doyan ke Bandung tak susah menemukan masjid ini. Terletak persis di pinggir Jalan Raya ABC, Bandung. Tak jauh dari Kawasan Gedung Merdeka dan Jalan Braga. Sangat mudah ditemui karena warna bangunannya yang mencolok mirip klenteng tempat ibadah Kong Hu Cu.

Aku sendiri pertama kali masuk ke masjid ini tahun 2014. Masjid pun sekarang menjadi masjid favoritku di Bandung. Beribadah di masjid ini rasanya menyejukkan. Segala keunikan di dalam masjid ini terus membuat kita bersyukur kepada Sang Pencipta yang menyukai keindahan. Bahwa Islam bisa membaur dengan latar belakang etnis apapun. Sesungguhnya yang menjadikan sulit adalah umatnya sendiri.

Kalau ke Bandung, sempatkan mampir ke sini ya Kompasianer. Boleh banget mencolek aku untuk menemani perjalanan kamu bareng duo krucilku. Jelajah masjid favorit Ramadhan makin berkesan. Ohya, kalau Kompasianer mana masjid favoritnya? Siapa tahu nanti aku berkunjung jadi kita bisa gantian jadi local guide hehe...

Baca juga artikel aku sebelumnya ya : Belajar Kebhinekaan di Kota Nol Derajat

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun