Mohon tunggu...
Nursini Rais
Nursini Rais Mohon Tunggu... Administrasi - Lahir di Pesisir Selatan, Sumatera Barat, tahun 1954.

Nenek 5 cucu, senang dipanggil Nenek. Menulis di usia senja sambil menunggu ajal menjemput.

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Menjelajah Masjid dalam Kenangan, dari Desa Sampai ke Kota

20 Mei 2018   22:12 Diperbarui: 22 Mei 2018   04:52 593
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: candradewojati.com

Salah satu amalan untuk menyempurnakan puasa Ramadhan adalah mengerjakan shalat tarawih. Dilaksanakan pada malam hari setelah shalat fardhu Isya. Shalat sunnat ini boleh dikerjakan sendirian atau berjamaah. Namun tarawih berjamaah memiliki banyak keutamaan. Di antaranya, mendapat pahala shalat semalam suntuk, dan  pahala shalat berjamaah, serta meningkatkan silaturahmi dan ukhuwah  islamiah.  Kaum muslimin yang beriman tidak akan menyia-nyiakan kesempatan  sebulan penuh ini untuk mempertebalkan iman kepada Allah SWT.

Sebagaimana kita ketahui bersama, ada dua versi dalam pemahaman dan pengamalan shalat tarawih. Pertama, praktiknya 11 rakaat, ke dua 23 rakaat plus sunnat witir. Perbedaan ini tidak perlu diperdebatkan. Karena masing-masing kelompok mempunyai landasan yang kuat.  

Di era enam puluhan, saya mengikuti  yang  11 rakaat. Boro-boro 23 kali rukuk sujud,  11 saja ngantuknya minta ampun. Seribu iblis bergelayutan di mata.  Hal ini dipicu oleh tradisi dan kebijakan pengurus langgar kampung pada zaman itu. Tarawihnya dimulai pukul 21.00. Sudah bacaannya lamban ayatnya panjang pula. Mendingan kalau menggunakan patromac sebagai penerang. Jika pelita andalan tersebut macet, tiada pilihan selain pakai lampu tempel.  Tak salah, ramainya jamaah hanya minggu-minggu  pertama.  Selepas itu, berangsur sepi. Empat hari terakhir yang tersisia tiga atau dua nenek-nenek pikun dan seorang  imam.

Kondisi tersebut  berbeda dengan di Masjid Agung Inderapura. Selain jamaahnya banyak, mulai tarawihnya agak cepat, lampu patromacnya lebih dari satu. Untuk mencapainya perlu perjuangan.  Harus berjalan kaki sejauh satu kilometer.

Saya ke sana hanya ketika disuruh Emak mengantarkan sedekah makanan setelah subuh pagi Jumat. Di luar itu, mengikuti Mushabaqah Tilawatil Quran, yang lazimnya diadakan setiap bulan Ramadhan.

Sesulit apa pun kondisinya ketika itu, saya dan teman-teman menjalaninya biasa-biasa saja. Tanpa merasa terbebani. Keluar malam, pergi ngaji dan tarawih, menggunakan suluh daun kelapa kering atau obor. Hanya orang berada yang mampu membeli senter.

Sembilan tahun kemudian, kondisinya berubah total.  Saya  mulai berhadapan dengan dunia luar. Dua kali Ramadhan berdomisili di lingkungan masyarakat elit. Tepatnya di perumahan karyawan Caltex, Labour Hourseing Kota Dumai. Di sekitar kompleks tersebut banyak masjid yang  bagus dan besar.  

Setiap Ramadhan saya memilih tarawih di Masjid Taqwa. Lima menit jalan kaki dari tempat tinggal saya. Tarawihnya 11 rakaat, makmumnya  ramai, bacaan imamnya bagus dan merdu. Usai tarawih, jamaah diminta bertahan sejenak, guna mendengarkan pembacaan ayat suci Al-Quran oleh salah satu Qari'ah terbaik kota Dumai. Suaranya lembut mendayu. Sehalaman dia mengaji, terasa berlangsung secolek telunjuk.  

Sampai sekarang saya masih merindukannya. Walaupun sudah empat puluh satu tahun berlalu.  Mungkin imam dan qori'ah tersebut telah  renta, atau berpindah ke alam baqa.

Tetapi, ketika keluar dari rumah Allah tersebut, ada hal yang mengganggu kenyaman. Tak jauh dari pintu keluarnya, banyak manusia cantik  nongkrong sambil merokok.

Semula saya menyangka makhluk bertubuh seksi itu cewek benaran. Gayanya norak kayak bintang film. Kulitnya putih, tubuhnya semampai. Wanginya, subhanallah, mungkin tercium dalam radius 50 meter. Ternyata mereka keluarga wadam alias bencong. Jadwal keluarnya pada malam hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun