Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Belanja di Pasar Tebet, Dapat Angpau dan Ayam Gratis

25 Mei 2019   22:01 Diperbarui: 26 Mei 2019   17:58 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sayur-mayur di lapak pedagang langganan kami di Pasar PSPT Tebet, Jakarta Selatan (Dokumentasi Pribadi)

"Di pedesaan, orang miskin memberi kepada orang kaya," kata Prof. Sajogyo (almarhum), Sosiolog Pedesaan "Bapak Studi Kemiskinan Indonesia",  suatu ketika dalam kelas kuliah tahun 1990-an awal.

"Coba lihat, kalau pejabat kabupaten bertamu ke rumah warga miskin di desa, dia akan dijamu dengan hidangan terbaik. Warga miskin itu sendiri mungkin hanya bisa menikmati hidangan semacam itu saat kenduri tetangganya yang kaya," lanjutnya sebelum mangapku terkatup.

Prof. Sajogyo waktu itu sebenarnya sedang menjelaskan etika subsistensi dalam masyarakat petani. Secara spesifik dia menjelaskan pengabdian buruh tani yang miskin kepada tuan tanah kaya yang menjadi patronnya. Sebagai cara untuk mengamankan nafkahnya, sekadar mendapat lahan garapan tiap musim tanam dari patronnya itu.

Kami memahaminya waktu itu sebagai artikulasi  nilai budaya "petani kecil" (peasant).  Itu sesuatu yang mendarah-daging, terbawa terus kendati petani kecil itu sudah bermigrasi ke kota. Ini kemudian memunculkan gejala "budaya tani kecil di kota" (peasant in the cities).

Itu teorinya.  Mungkin bikin mules karena terlalu abstrak. Karena itu baiklah saya langsung masuk pada dua pengalaman "mendapat berkah" tadi pagi, seperti pada judul artikel ini. Agar lebih jelas duduk masalahnya.

***
Dua pengalaman mendapat berkah itu terjadi tadi pagi di Pasar PSPT Tebet, Jakarta Selatan.  

Sudah sekitar dua tahun ini isteri dan saya memutuskan belanja sayuran, daging, ikan, tahu/tempe, buah,  dan bumbu dapur di pasar tradisional ini.  Selain tempatnya cukup bersih, bahan makanan yang dijual di sana segar dan harganya lebih murah ketimbang di supermarket.

Berkah pertama datang dari Mang Asep (pseudonim), tukang sayur langganan kami.   Lapak sayuran Mang Asep dijaga bergantian dengan dua orang kerabatnya. Kami putuskan melanggan ke Mang Asep karena sayurannya segar dan bagus, harganya relatif murah, dan kami dibolehkan untuk memilih sendiri sayuran yang akan dibeli. Sehingga kami selalu mendapatkan sayuran dan bumbu-bumbuan kualitas terbaik.

Kami belanja sayuran dan bahan makanan lain hanya sekali seminggu. Setiap hari Sabtu pagi. Belanja sekaligus untuk kebutuhan makan seminggu penuh. Menurut pengalaman, dengan uang belanja  di bawah Rp 500,000, kami sudah mendapatkan sayuran, bumbu-bumbuan, daging/ikan/telur, dan buah-buahan untuk keperluan seminggu. Beras tidak beli karena dihasilkan dari sawah sendiri.

Pagi ini, setelah membayar harga belanjaan sayuran sekaligus menitipkannya pada Mang Asep, karena masih akan keliling beli bahan lain, tiba-tiba Mang Asep menyodorkan amplop putih kepada isteriku.  

"Apa ini, Mang?" tanya isteriku bingung. Saya juga ikut bingung.  "Hanya sekadar tanda syukur, Bu. Untuk pelanggan. Allah sudah mengalirkan rejeki dari ibu ke kami," Kang Asep mencoba menjelaskan.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun