Mohon tunggu...
Mawan Sidarta S.P.
Mawan Sidarta S.P. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan, Kreator sampah plastik

Lulusan S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pernah bekerja di perusahaan eksploitasi kayu hutan (logging operation) di Sampit (Kalimantan Tengah) dan Jakarta, Projek Asian Development Bank (ADB) pendampingan petani karet di Kuala Kurun (Kalimantan Tengah), PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) Surabaya. Sekarang berwirausaha kecil-kecilan di rumah. E-mail : mawansidarta@yahoo.co.id atau mawansidarta01@gmail.com https://www.youtube.com/channel/UCW6t_nUm2OIfGuP8dfGDIAg https://www.instagram.com/mawansidarta https://www.facebook.com/mawan.sidarta https://twitter.com/MawanSidarta1

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Larut dalam Kisah Sejarah Masjid Gumeno Gresik

20 Mei 2018   08:14 Diperbarui: 20 Mei 2018   08:57 1415
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masjid Jamik Gumeno Manyar Gresik (dok.pri)

Kota Gresik di Jawa Timur oleh masyarakat luas dijuluki sebagai kota wali karena di berbagai penjuru kota yang sangat kondang dengan industri semennya itu banyak ditemukan jejak para wali. Jejak itu bisa berupa petilasan, pusara (makam) dan tinggalan (warisan).

Ada beberapa wali (sunan) atau pejuang Islam yang pernah hidup di kota penghasil kue pudak itu, diantaranya : Syekh Maulana Malik Ibrahim (Sunan Gresik / Kakek Bantal), Syekh Maulana Ainul Yaqin (Sunan Giri / Raden Paku) dan Syekh Ali Murtadlo (Raden Santri). 

Syekh Ali Murtadlo merupakan kakak kandung Sunan Ampel (Raden Rahmat). Beliau juga seorang wali meski tidak masuk kelompok Wali Songo. Berbeda dengan para wali lainnya, Syekh Ali Murtadlo memperjuangkan Islam dengan tidak ditampakkan (siri).

Sunan Giri atau Syekh Ainul Yaqin sepertinya lebih populer dari kedua wali tadi karena gerak perjuangan beliau lebih banyak direkam oleh masyarakat dari masa ke masa. Selain berjuang mensyiarkan Islam, Sunan Giri juga seorang raja dari Kerajaan Giri atau Giri Kedaton.

Dalam catatan sejarah disebutkan bahwa Sunan Giri menikahi dua perempuan yaitu : Dewi Murtosiyah putri Sunan Ampel dari Surabaya dan Dewi Wardah putri Ki Ageng (Sunan) Bungkul dari Surabaya.

Namun boleh jadi istri Sunan Giri ini lebih dari dua orang. Di kawasan menuju kompleks pusara Sunan Giri, persis di pinggir Jalan Sunan Giri Kawisanyar (Jeblok) terdapat makam istri ke-3 Sunan Giri. Masyarakat setempat menyebutnya makam Nyai Ageng Usami (Mbah Usami) yang wafat tahun 1487. 

Kebenaran tentang makam itu, saya sendiri tidak tahu persis, nyatanya pemerintah daerah Gresik juga mengakui keberadaannya. Kabarnya makam Mbah Usami ditemukan pada tanggal 10 Juli 1969.

Dari hasil pernikahannya dengan Dewi Murtosiyah dan Dewi Wardah, lahirlah puluhan putra-putri yang kebanyakan juga bergelar sunan. Namun yang terekam dalam percaturan sejarah karena  memegang tampuk kepemimpinan Giri Kedaton usai Sunan Giri wafat antara lain : Sunan Dalem, Sunan Sedo Margi (Sedo ing Margi), Sunan Prapen, Panembahan Kawis Guwo, Panembahan Agung.

Sunan Dalem dan Sejarah Masjid Gumeno

Sunan Dalem atau yang bergelar Maulana Zainal Abidin merupakan putra Sunan Giri dari hasil pernikahannya dengan Dewi Murtosiyah. Setelah Sunan Giri wafat, Giri Kedaton diperintah oleh Sunan Dalem ini mulai tahun 1506 masehi dan beliau wafat pada tahun 1545 masehi.

Catatan sejarah mengenai Sunan Dalem ini memang tidak selengkap pendahulunya (Sunan Giri, red). Sebelum akhirnya wafat dan jenazahnya disemayamkan di sebelah barat makam Sunan Giri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun