Mawan Sidarta S.P.
Mawan Sidarta S.P. Wiraswasta

Lulusan S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pernah bekerja di perusahaan eksploitasi kayu hutan (logging operation) di Sampit (Kalimantan Tengah) dan Jakarta, Projek Asian Development Bank (ADB) pendampingan petani karet di Kuala Kurun (Kalimantan Tengah), PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) Surabaya. Sekarang berwirausaha kecil-kecilan di rumah. E-mail : mawansidarta@yahoo.co.id atau mawansidarta01@gmail.com https://www.youtube.com/channel/UCW6t_nUm2OIfGuP8dfGDIAg https://www.instagram.com/mawansidarta https://www.facebook.com/mawan.sidarta https://twitter.com/MawanSidarta1

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

"Luwo", Takjil Favorit yang Kini Mulai Langka

17 Mei 2018   09:04 Diperbarui: 17 Mei 2018   09:14 1277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
"Luwo", Takjil Favorit yang Kini Mulai Langka
Buah Blonceng dan kapur sirih dalam gelas (dok.pri)

Saat menunaikan ibadah puasa di bulan suci Ramadan, tantangannya biasanya sih kita lebih berat menahan rasa haus ketimbang lapar. Ketika akan berbuka atau bahkan selama menjalani puasa seharian itu muncul hasrat (nafsu) untuk melahab habis semua makanan dan minuman yang ada. 

Setiap muslimin dan muslimat yang sedang menjalankan ibadah puasa tentu punya cara sendiri-sendiri untuk menyegerakan berbuka puasa. Ada yang berbuka puasa di rumah saja, di warung atau restoran dan bahkan ada yang berbuka puasanya dengan berburu takjil di mushola, masjid atau tempat di pinggir jalan.

Berburu takjil (dok.pri)
Berburu takjil (dok.pri)
Sudah menjadi kebiasaan saya ketika berburu takjil, yang pertama kali saya cari adalah air putih. Minum air putih yang cukup bukan saja bertujuan mengobati rasa dahaga karena seharian tidak makan dan minum tapi juga baik bagi lambung dan saluran pencernaan serta bermanfaat untuk mencuci ginjal. 

Selain minum air putih yang cukup, kadang saya lebih memilih minum teh manis hangat ketimbang es teh. Sesuai ajaran agama, berbukalah dengan yang manis. Seharian tubuh dan lambung tidak menerima asupan cairan, dengan minum teh manis hangat selain menjadikan lambung tidak shock, manisnya air teh tadi juga berfungsi sebagai sumber energi.

Setelah membatalkan puasa dengan minum secukupnya, para jamaah masjid dan pemburu takjil bersama-sama menunaikan Sholat Maghrib. Selesai sholat, saya melanjutkan kembali menikmati makanan utama atau makanan penyela (ringan) seperti kolak, bubur atau kue-kue dari bahan tepung seperti Donat, Nagasari, Putu Ayu dan kalau ada tentu buah kurma serta masih banyak lagi makanan yang fungsinya menimbulkan rasa kenyang di perut.

Sekedar diketahui, kabarnya nih istilah "takjil" yang biasa kita gunakan untuk menyebut makanan atau minuman untuk berbuka puasa itu ternyata merupakan perbendaharaan Bahasa Arab yang artinya menyegerakan berbuka puasa. Rupanya masyarakat kita sudah telanjur salah kaprah dengan kata takjil itu.

Dari sekian banyak takjil yang disediakan panitia masjid atau mushola, beberapa diantaranya menjadi favorit saya namun belakangan ini mulai jarang terlihat. 

Manisan kolang-kaling (dok.pri)
Manisan kolang-kaling (dok.pri)
Manisan dari buah blonceng atau labu bligo, manisan dari buah kolang-kaling dan timun mas dulu masih sering disajikan di mushola dekat rumah sebagai hidangan takjil. Kala itu anak-anak tak terkecuali saya paling suka dengan manisan blonceng atau kita biasa menyebutnya luwo itu.

Kesukaan akan luwo, kolang-kaling dan timun mas itu masih tetap bertahan hingga sekarang. Di rumah, setiap Ramadan tak jarang kami menyediakan buah-buahan itu sebagai penyegar selain makanan utama. 

Sayangnya dengan semakin berkurangnya lahan untuk budidaya labu bligo (blonceng) dan timun mas tak pelak menyebabkan buah-buahan unik itu mulai jarang saya temukan di pasaran. Sedangkan pohon buah kolang-kaling juga mulai langka karena banyak ditebangi untuk bahan membuat rumah warga pedesaan.

Masih segar di ingatan resep manisan blonceng (luwo) yang biasa dibuat oleh almarhum ibu kami. Biasanya sang istri juga menggunakan resep itu untuk membuat manisan blonceng sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun