Lita Lestianti
Lita Lestianti Full Time Blogger

No culture, No Future!

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN

Apa Benar Mudik Lebih Lancar karena Jalan Tol?

12 Juni 2019   00:30 Diperbarui: 12 Juni 2019   08:04 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Apa Benar Mudik Lebih Lancar karena Jalan Tol?
Mudik| Dokumentasi pribadi

Sebagai pengguna jalan tol hampir setiap minggu, lebaran mudik lewat jalan tol disertai rasa was-was. Kenapa? Setiap dua minggu sekali, keluarga saya harus berangkat subuh dari Malang ke Sidoarjo lewat jalan tol. Biasanya kami kena macet di daerah Lawang dan di pintu tol Waru.

Lama-kelamaan kami merasa itu adalah hal yang wajar mengingat banyak komuter yang bekerja di Surabaya, baik dari Malang, Sidoarjo maupun Pasuruan. Jadi, antrian panjang di pintu tol adalah wajar. Namun, tak sedikit pula terjadi kecelakaan atau kendaraan mogok hingga menimbulkan kemacetan yang panjang. 

Biasanya kami selalu mengupdate berita lewat radio Suara Surabaya (e100) atau juga akun twitter-nya yang biasanya dapat informasi dari masyarakat tentang kondisi lalu lintas baik dari Malang ke Surabaya, Surabaya ke Malang, di dalam kota Surabaya itu sendiri, hingga di daerah lain di Jawa Timur.

Pengalaman selama menggunakan tol itu yang akhirnya membuat diri merasa was-was saat mudik lewat tol. Keluarga saya setiap tahun selalu mudik ke Sragen. Mulai dari tol belum jadi sampai tahun ini tol sudah jadi.

Dulu, ketika tol belum jadi, kami selalu melewati rute Malang-Batu-Pujon-Kertosono-Nganjuk-Jombang-Caruban-Ngawi-Sragen. Kemacetan sering terjadi di daerah Caruban dan Saradan. Kita tak bisa menghindari rel kereta api yang cukup banyak. 

Pernah juga kami mengalami kemacetan di luar Caruban dan Saradan yang ternyata penyebabnya adalah kecelakaan atau truk mogok. Alhasil perjalanan terlama dari Malang ke Sragen selama mudik sebelum ada tol adalah sembilan jam! Kecepatan kendaraan pun tidak lebih dari 80 km/jam. Sampai Sragen saya benar-benar menghabiskan diri untuk tidur-tiduran saja. Benar-benar melelahkan.

Ketika jalan tol dalam pembangunan, beberapa ruas jalan tol digunakan secara fungsional saja. Beberapa kendaraan banyak yang beralih ke jalan tol fungsional tersebut. Namun, saat jalan tol masih terputus, otomatis terjadi penumpukan kendaraan yang keluar dari jalan tol. Dan itu menjadi salah satu penyebab kemacetan ketika mudik.

Ketika tol baru jadi dan semua orang menggembor-gemborkan perjalanan mudik yang menjadi lebih lancar dan lebih cepat, saya cuma membatin, apakah anggapan itu sepenuhnya benar?

Tahun 2019 adalah mudik pertama bagi masyarakat Indonesia dengan menggunakan tol trans Jawa. Pemudik dari Jakarta ke Surabaya, Semarang-Surabaya, Semarang-Solo-Surabaya -Malang sudah bisa memanfaatkan jalan tol. Keluarga saya dan keluarga mbak saya pun mencoba memanfaatkan fasilitas tersebut. 

Karena kami baru selesai kumpul keluarga di Batu, jadi berangkat mudik kami melewati Pujon. Rencananya kami akan masuk tol di Kertosono. Namun, berbekal arahan Google Maps, dimana ada titik-titik pengalihan arus lalu lintas, kami pun belusukan ke jalan-jalan kampung untuk bisa tembus ke jalan besar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun