Mohon tunggu...
Lidya Aulia
Lidya Aulia Mohon Tunggu... -

a housewife who is not good in writing but having countless idea. she doesn't join any social media but having passionate to be influencer.

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Surau Kita, Tempat Berkumpul Muslim Indonesia di Kota Melbourne

20 Mei 2018   21:55 Diperbarui: 20 Mei 2018   22:27 859
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Melbourne adalah kota terbesar di state Victoria, yang terletak di bagian paling selatan benua tersebut. Melbourne adalah kota yang berturut-turut memperoleh predikat the most liveable city in the world (sumber) ada 50 alasan yang dikemukakan dunia mengapa kota ini layak disebut kota paling nyaman untuk ditinggali.

Untuk saya, tanpa melihat 50 alasan tersebut, Melbourne memang layak mendapat predikat tersebut karena saya menemukan islam di kota ini. Iya, dimana masjid mudah untuk dijangkau dan hampir setiap suburb memiliki masjid. Entah itu masjid yang dibangun oleh orang Turki, Somalia, Iran, atau bahkan Indonesia. Mudah mendapatkan masjid di negeri minoritas itu adalah hal yang nikmat. 

Komunitas Indonesia sendiri memiliki tiga masjid di kota ini, sebenarnya belum resmi sebagai masjid, kami menyebutnya tempat berkumpul indonesian moslem of Victoria. Tiga tempat ini tersebar di beberapa venue, satu di daerah Clayton dekat dengan Monash University, satu di daerah Laverton atau sekitar satu jam perjalanan menggunakan kereta dari Flinders Station, dan satu lagi berada di daerah Coburg atau sekitar 30 menit by tram dari University of Melbourne. Walaupun tempatnya yang tersebar saling berjauhan, tetapi ini tidak menyurutkan jumlah jamaah Indonesia yang selalu memenuhi "masjid-masjid' tersebut.

Diantara masjid tersebut, Surau Kita yang terletak di dawrah Coburg adalah masjid yang paling dekat untuk saya jangkau. Baiklah jangan pernah dibayangkan naik tram 30 menit itu lama, jelas tidak karena jalanan disana bebas hambatan (baca : tanpa macet). Dari tram stop, saya harus berjalan sekitar 10 menit menuju Surau kita. 

Lagi, jangan dibayangkan 10 menit itu jauh, jelas tidak, karena disana terdapat footpath atau pavement yang sangat walkable. 10 menit berjalan itu bukan sesuatu yang "big deal". Kemudian, saya akan berbelok ke arah pertokoan dan menemukan apa yang saya sebut dengan masjid. Tunggu, jangan kembali dibayangkan bahwa Surau kita adalah masjid dengan kubah yang besar nan elok dengan tempat shalat yang luas seperti masjid kebanyakan di Indonesia. Jelas bayangan itu terlalu jauh.... 

Surau kita adalah sepetak ruangan atau bisa kita bayangkan seperti ruko skala Indonesia. Dari luar jelas kita tidak akan melihat adanya kegiatan di dalam karena pintu tertutup rapat dan parkiran yang sempit (FYI, untuk mendapakan tempat pasrkir di negara Australia tidak semudah di Indonesia, walaupun lahan yang disediakan sangat luas. Kita harus memiliki permit for parking atau meminta izin untuk parkir kepada toko-toka disekeliling Surau kita). 

Di depan pintu hanya ada 3 buah rak sepatu untuk meletakkan sepatu jamaah. Masuk ke dalamnya ruangan tersebut di sekat menjadi beberapa bagian. Bagian pertama adalah sekat untuk "koluki", koluki adalah semacam koperasi kecil yang menjual berbagai macam panganan khas tanah air, jamaah dapat mengambil andil untuk berjualan makanan di koluki. 

Kemudian, terdapat hijab yang memisahkan antara jamaah pria dan wanita. Di dalam sepetak ruangan yang kecil ini, Surau kita sudah dilengkapi dengan mini pantry, toilets, dan tempat berwudhu. Sedangkan di bagian atas, terpasang mezzanine (semacam ruangan tambahan atau biasa kita sebut dengan loteng). Mezzanine digunakan untuk menampung jamaah wanita apabila dibawah sudah terlalu penuh, dan untuk menyimpan beberapa barang atau aset Surau Kita. Menarik kan... dengan ruangan sepetak kecil, jamaah selalu memenuhinya baik saat maupun diluar bulan Ramadhan.

Disini, kami jamaah muslim Indonesia berkumpul tanpa mengkotak-kotakkan daerah, asal, mazhab, aliran, semua terbuka untuk umum, untuk menjalin silaturahim. Baik di bulan Ramadhan ataupun diluar bulan ramadhan, Surau kita selalu aktif mengundang ustadz/ustadzah baik lokal maupun interlokal untuk mengadakan kajian. 

Selain itu, di Surau kita ini pula, anak-anak kami dididik untuk mengenal al-qur'an melalui TPA ahad pagi. Ibu-ibu pun tak kalah untuk menggelar kajian rutin yang disebut KAMUS IMAN atau belajar tahsin bersama. Lebih daripada itu, di bulan Ramadhan biasanya jamaah menggelar iftar bersama setiap weekend (mengacu pada tahun lalu) dan sholat tarawih berjamaah, dan di 10 hari terakhir jamaah pun memenuhi saf-saf Surau kita untuk i'tikaf. 

Untuk iftar sendiri, biasanya jamah bergotong-royong dalam menyediakan menu berbuka yang Indonesia banget, sungguh mendapatkan menu Indonesia yang lezat adalah pengobat rasa rindu pada tanah air. Seringkali, jamaah Surau kita mendatangkan usztadz-ustadz ternama tanah ir untuk memberikan kajian ramadhan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun