Mohon tunggu...
Ikrom Zain
Ikrom Zain Mohon Tunggu... Tutor - Content writer - Teacher

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

(Bukan Cerita) Traveling ke Masjid

20 Mei 2018   03:00 Diperbarui: 20 Mei 2018   03:28 1346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kubah Masjid Tiban Turen. - Dokumentasi Pribadi.

Banyak masjid di Indonesia juga merupakan tempat untuk berwisata karena bernilai historis atau memiliki nilai arsitektur yang tinggi.

Masjid Jami' Malang adalah masjid terdekat dari rumah saya yang paling sering dikunjungi wisatawan jika datang ke Bumi Arema. Favorit pengunjung adalah melihat Alun-Alun Kota Malang dari ketinggian serta melihat keindahan aristektur masjid yang terletak tak jauh dari GPIB Immanuel Malang ini.

Halaman masjid yang luas juga menjadi pilihan untuk sekedar selonjor atau melemaskan kaki. Bagi saya, keasyikan shalat di masjid ini adalah bisa bertemu rekan lama secara kebetulan. Baik rekan Play group, TK, SD, SMP, hingga rekan kuliah. Pertemuan tak terduga dengan kawan lama membuat saya sengaja sering shalat di masjid ini. Tali silaturrahmi yang putus bisa tersambung kembali.

Masjid Jami' Malang, berjarak 1,7 km dari rumah saya sesuai google map. - Dokumentasi Pribadi
Masjid Jami' Malang, berjarak 1,7 km dari rumah saya sesuai google map. - Dokumentasi Pribadi
Kalau saya sedang travelling ke luar kota atau pulau, mengunjungi masjid tersohor di kota tersebut adalah berhukum wajib ain. Khusus untuk masjid-masjid di Pulau Jawa yang tata kotanya masih memegang filosofi kebudayaan lokal, masjid menjadi tetenger untuk menentukan arah mata angin.

Hampir semua masjid pasti berada di sebelah barat alun-alun. Di Malang sendiri, Masjid Jami' berada di Jalan Merdeka Barat. Tepat di sebelah barat Alun-Alun Malang.

Tidak hanya sekedar mengecek tetenger arah barat, saya juga sering mengecek seberapa besar digitalisasi telah masuk ke dalam masjid.

Sudah maklum, hampir sebagian besar masjid saat ini telah menggunakan alat penunjuk waktu shalat. Jeda antara azan dan iqomah benar-benar diakurasi sedemikian rupa. Jadi, meski kita sudah benar-benar ingin segera menunaikan shalat, kalau belum waktunya, jangan harap muazin segera menyerukan shalat segera dimulai. Meski, ada beberapa masjid yang masih bertoleransi terhadap waktu iqomah ini.   

Diantara banyak masjid agung di berbagai daerah, Masjid Agung Kauman Jogja adalah salah satu masjid favorit saya. Selain bentuk bangunannya yang masih antik, masjid ini melayani jasa penitipan sandal dengan cukup tertib. Masjid ini juga menyimpan jejak historis tinggi, terutama tentang sejarah pergerakan Muhammadiyah. Makam Nyai Ahmad Dahlan yang merupakan istri dari KH Ahmad Dahlan sang pendiri Muhammadiyyah terdapat tak jauh dari masjid ini.

Masjid Agung Kauman Yogyakarta. Sudah hampir beberapa bulan saya sering shalat di sini. - Dokumentasi Pribadi.
Masjid Agung Kauman Yogyakarta. Sudah hampir beberapa bulan saya sering shalat di sini. - Dokumentasi Pribadi.
Melihat makam Nyai Ahmad Dahlan, saya jadi teringat cerita bagaimana beliau dengan semangat tak kenal lelah berjuang melalui Aisyiyah.

Organisasi yang didirikannya untuk memerangi kebodohan dan segala keterbelakangan. Tak ada kata bodoh dalam kaum muslimin, terutama kaum wanita begitu beliau terus berujar. Sayang, 9 dari 10 pengunjung yang datang ke Yogyakarta atau kawasan Keraton tak tahu dan peduli mengenai jejak sejarah di kawasan sekitar Masjid Agung Kauman ini.

Kompleks Makam Nyai Ahmad Dahlan yang terkunci rapat. - Dokumentasi Pribadi.
Kompleks Makam Nyai Ahmad Dahlan yang terkunci rapat. - Dokumentasi Pribadi.
Tempat untuk berwudhu juga menjadi salah satu hal penting yang menjadi perhatian ketika saya mengunjungi suatu masjid. Kebanyakan masjid agung di suatu kota memiliki tempat wudhu yang berada di lantai bawah tanah masjid tersebut. Jadi, pengunjung yang datang harus turun dan naik agar bisa berwudhu dan kembali ke bagian utama masjid tersebut.

Saya sering kesulitan menemukan tempat wudhu ketika berkunjung ke sebuah masjid di luar kota. Biasanya, masjid tersebut baru selesai dibangun dan belum dipasang petunjuk arah menuju tempat wudhu, baik untuk pria maupun wanita. Untung, saya beberapa kali dipandu oleh takmir masjid sehingga bisa segera berwudhu.

Beberapa masjid menyediakan kolam kecil berfungsi sebagai tempat untuk membersihkan kotoran yang menempel di kaki dan menjaga kesucian masjid tersebut. Keberadaan kolam ini merupakan salah satu cara agar wudhu orang yang akan shalat bisa sempurna. Kesempurnaan ini penting berdasarkan hadist Rasulullah SAW yang berbunyi, "Celaka bagi tumit yang terlewat basuhan saat wudhu akan tersentuh api neraka" (HR. Bukhari dan Muslim).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun