Mohon tunggu...
Muhammad Hamid Habibi
Muhammad Hamid Habibi Mohon Tunggu... Guru - Calon guru

Belajar lagi... Belajar mendengarkan, belajar memahami, belajar mengatur waktu, belajar belajar belajar... belum terlambat untuk belajar...

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Lebaran Hari Pertama, Antara Tragedi Petasan dan Tradisi Sejarah Saling Bermaafan

15 Juni 2018   21:09 Diperbarui: 15 Juni 2018   21:26 1109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sisa petasan tadi pagi dok. Pri

Akhirnya hari ini kita bisa melaksanakan lebaran bersama-sama. Tepat pada hari jumat (15/06/2018) seluruh umat Islam melaksanakan shalat Ied di lingkungan masing-masing. Hal sama juga dilaksanakan di masjid lingkungan saya setelah sebelumnya non stop takbiran dari setelah shalat isya' usai pengumuman sidang isbat hingga pagi hari menjelang shalat Ied.
Shalat Ied dilaksanakan pukul 06.15, molor 15 menit karena menunggu jamaah datang. Shalat hari raya Idul fitri pun berjalan dengan khitmat, kemudian dilanjutkan dengan khutbah yang mengajak untuk tetap semangat beribadah walaupun ramadhan telah usai.
Usai khutbah dikumandangkan semua jamaah langsung berdiri dan berbaris membuat lingkaran. Semua saling bersalaman dan saling maaf-maafan. Tidak hanya itu, setelah bermaaf-maafan acara dilanjutkan dengan laporan takmir masjid tentang uang amal selama ramadhan dan pelaksanaan zakat fitrah.
Kegiatan pun ditutup dengan doa dan makan bersama di serambi masjid. Seperti biasa di sela-sela salaman tadi para remaja antusias menyalakan petasan di samping masjid. Dar... Dor... Dar... Dor... Lebih dari sepuluh menit suara petasan menggema menarik perhatian jamaah. Entah berapa puluh petasan yang dilanyakan pagi tadi, yang jelas atraksi petasan selalu menjadi pertunjukan yang menarik usai shalat ied.
Tragedi petasan
Sayangnya kemeriahan petasan pagi tadi menyimpan tragedi yang cukup mendalam. Ada dua insiden yang kurang mengenakkan mengenai petasan di kampung kami tahun ini.

Pertama, sekitar tiga hari yang lalu ada pemuda yang harus dilarikan ke rumah sakit karena terkena ledakan saat membuat petasan. Pemuda dari dusun sebelah tersebut kabarnya ingin menambah sumbu pada petasan yang sudah jadi. Dengan alat bor ia berniat memasukkan sumbu tambahan, sayangnya tekanan dan percikan dari bor malah membuat petasan meledak di tangannya. Luka yang didapat cukup serius diarea tangan dan paha korban. 

Untungnya nyawa masih bisa diselamatkan, dan beritanya menghiasi hampir setiap rumah saat lebaran tadi.
Kedua, kebun tebu terbakar karena petasan. Tepatnya setelah shalat ied ada beberapa anak yang bermain petasan di dekat kebun tebu. Tak disangka setelah mereka tinggal pergi ada percikan api yang membakat kebun tebu. Untung saja ada warga yang melihat dan langsung punya inisiatif mengambil ember dan memadamkannya. 

Untung hanya sekitar satu meter saja kebun yang terbakar, kalau sampai telat/tidak ada yang tahu. Pastilah satu kebun tebu akan ludes terbakar dan menyebabkan kerugian puluhan juta rupiah. 

Tradisi "Sejarah" Saat Lebaran
Sejarah yang dimaksud disini bukanlah pelajaran sejarah yang membahas kejadian luar biasa di masa lampau. Sejarah di sini merupakan tradisi keliling kampung saat lebaran, bagi orang tua (umur yang tua) open house sedangkan yang lebih muda keliling ke rumah satu persatu.

Dengan kegiatan sejarah inilah kami saling menjalin silaturahmi, di hari pertama waktunya kita sejarah di kampung sendiri. Baru di hari kedua dan ketiga kita biasanya akan sejarah ke saudara yang ada di luar kota. Baru hari keempat dan kelima waktunya kita sejarah ke guru-guru dan teman.
Ada banyak manfaat dari kegiatan sejarah ini selain saling bermaaf-maafan. 

Diantaranya kita bisa mengetahui kabar saudara atau tetangga kita, bagaimana kesehatan mereka, kambuh apa tidak sakitnya, apa kesibukannya dan lain sebagainya.

Selain itu kita bisa mendapat cerita unik masa lalu yang mungkin sudah kita lupakan, contohnya tadi pagi ada tetangga yang bercerita bahwa saat kecil saya lebih memilih ikut Nenek ke sawah dari pada sekolah di TK. Bahkan jujur saya tidak ingat kejadian itu karena masih kecil.

Ada manfaat yang lain, yaitu menggembirakan hati orang yang sudah tua. Dengan berkunjungnya kita ke semua rumah tetangga, kita bisa membuat hati orang yang sudah tua bahagia. Mereka merasa senang karena banyak yang berkunjung, apalagi biasanya orang tua dalam keseharian cukup kesepian. 

Dan masih banyak manfaat sejarah yang lainnya.

Itulah kegiatan lebaran saya di hari pertama. Besuk waktunya ke rumah saudara di luar kota untuk sejarah juga tentunya. Selamat lebaran, mohon maaf lahir dan batin. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun