Hadi Santoso
Hadi Santoso Penulis

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN

Menu Sahur Terbaik, antara Harapan dan Kenyataan

27 Mei 2018   00:57 Diperbarui: 27 Mei 2018   01:50 752
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menu Sahur Terbaik, antara Harapan dan Kenyataan
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: PEXELS

Bagaimana sampean memperlakukan (makan) waktu sahur?

Apakah melalui persiapan matang dengan menyiapkan menu sahur yang dihitung betul kandungan nilai gizi nya? Ataukah sahur sekadar bangun, makan makanan yang ada, selesai? Atau malah sampean malah tidak pernah bangun di waktu sahur karena terbiasa sahur "di awal waktu" dengan mengabungnya saat makan malam lantas kemudian tertidur?

Ada banyak macam cara dalam menyikapi waktu sahur. Dan idealnya, sahur itu memang harus disiapkan. Baik disiapkan bangun jam berapa, terlebih disunnahkan di dilakukan di akhir waktu dan juga disiapkan menu yang telah memenuhi standar gizi.

Dikutip dari laman Khaleejtimes, ahli gizi klinis di Burjeel Hospital Abu Dhabi mengatakan bahwa menu terbaik untuk sahur adalah yang mengandung indeks glikemik rendah. Baik sahur dan berbuka, harus seimbang menu makanannya, yang mengandung item dari masing-masing kelompok makanan, seperti sayuran, sereal, daging, produk susu, dan buah-buahan.

"Sahur harus sehat agar menyediakan energi yang cukup untuk bertahan selama berjam-jam puasa. Penting bahwa makanan yang Anda konsumsi membuat Anda terhidrasi, jadi perhatikan baik-baik pilihan makanan selama sahur," ujar ahli gizi tersebut.

Dulu, saya jarang sekali memperhatikan kandungan nilai gizi dari makanan yang saya makan saat sahur. Saya malah lebih suka bersantap sahur dengan mie instant goreng plus yempe atau yelor. Bagi saya, yang terpenting disajikan hangat. Plus teh hangat. Nah, cara saya menyikapi sahur kemudian berubah sejak merasakan sahur bersama istri mulai awal menikah tahun 2011 silam.

Kebetulan, istri saya ini tipikal perempuan cerdas yang paham kandungan gizi makanan. Meskipun tidak terlalu detail, tetapi oleh istri, menu sahur yang disiapkan diusahakan mememuhi gizi semisal kudu ada sayurnya, juga protein semisal telur. Jadilah ketika sahur saya lebih sering mengonsumsi tumis kangkung atau kecambah, lalu oseng-oseng sawi atau pokcoy hingga sayur sop.

Kata istri saya, ketika sahur itu penting untuk mengonsumsi makanan yang mengandung serat seperti sayur dan juga makanan berprotein. Sebab, serat akan bagus untuk tubuh ketimbang lebih banyak mengonsums karbohidrat yang pada akhirnya menjadi gula sehingga perut cepat serasa kosong. Dan terpenting, jangan lupakan air putih. Itu sahur idealnya.

Namun, harapan mengonsumsi menu bergizi selama sahur ini terkadang jauh panggang dari api. Rencana matang yang telah dibuat di malam hari sebelum tidur untuk menyiapkan menu sahur bergizi, acapkali berantakan karena bangun sahurnya ternyata telat dan sudah mendekati waktu Shubuh. Penyebabnya, karena tidurnya kemalaman dan alarm yang sudah diatur berbunyi di beberapa jam yang sudah ditentukan, seolah tak terdengar.  

Meski tidak setiap hari, tetapi selalu ada hari di saat Ramadan di mana sahurnya tidak sesuai rencana yang diharapkan. Bila kondisi begitu, sahur pun hanya sekadarnya. Sekadar mengonsumsi telur yang dibuat omelet, atau malah cukup memakan roti dan minum teh hangat. Terpenting minum air putih.

Sebenarnya, sahur dengan menu dadakan seperti itu juga cukup selama niat kita berpuasa sudah bulat. Asal jangan melemahkan niat hanya karena sahur terburu-buru. Sebab, puasa sejatinya untuk mengajarkan kepada kita betapa tidak enaknya lapar sehingga diharapkan akan melahirkan empati kita kepada mereka yang sulit makan dan kelaparan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun