Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Artikel Utama

Cerpen | Surat-surat yang Bertebaran di Langit

9 Juni 2018   06:00 Diperbarui: 12 April 2021   16:43 2749
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen | Surat-surat yang Bertebaran di Langit
Ilustrasi (Pixabay)

Di setiap bulan Ramadan tak terhitung banyaknya surat yang dikirim menuju langit. Surat-surat itu bertumpuk, tumpang tindih di gudang kantor pos langit. Para malaikat yang bertugas sibuk menyortir surat-surat itu. Memilih dan memilah surat-surat mana yang dianggap terbaik dan bersifat  emergency  untuk kemudian siap dihantarkan ke hadapan Allah.

Surat-surat yang dikirim dari bumi itu berupa lembaran-lembaran putih yang berisi doa-doa, yang dikemas dengan tampilan begitu menawan. Dipersembahkan dengan bahasa yang santun lagi indah. Sebagai bentuk pengharapan bagi pengirimnya agar suratnya sampai dengan selamat dan termasuk kategori surat yang segera diijabahi oleh Allah.

Seperti malam itu, ketika memasuki bulan Ramadan di hari-hari terakhir, sebuah surat melayang-layang ringan di angkasa. Surat itu dikirim oleh seorang bocah. Yang ditulis dengan bahasa bocah. Dikemas dalam amplop yang sesuai dengan ciri khas bocah.

Sumber:fyersrights.org
Sumber:fyersrights.org
Meski ditulis oleh tangan seorang bocah, surat itu tetap sampai dengan selamat di gudang kantor pos langit. Para malaikat melihatnya. Lalu beramai-ramai memungutnya.

Salah seorang malaikat bahkan membaca dengan lantang isi surat itu.

-------

Kepada Tuhanku, Allah  yang Tersayang

Sebelumnya perkenalkan namaku Ajeng. Usiaku 8 tahun. Aku baru saja menerima rapot kenaikan kelas. Alhamdulillah. Nilaiku bagus-bagus. Ayah dan Ibuku ikut senang.

Tapi Tuhan, Ajeng tadi sore merasa sedih. Ketika tidak sengaja mendengar percakapan Ayah dan Ibu di ruang tengah. Ayah mengatakan bahwa kontrak kerjanya sebagai buruh pabrik telah habis. Itu berarti Ayah kehilangan pekerjaan. Padahal sebentar lagi lebaran tiba. Tahu sendiri, kan, Tuhan? Di jelang lebaran apa-apa dijual sangat mahal.

Lalu kulihat Ibuku tertunduk. Tapi Ibu tidak menangis. Sebab Ibu memang sudah terbiasa dengan kehidupan kami yang miskin. Ibu cuma berbisik pelan, meminta kepada Ayah untuk lebih menjaga sabar.

Tuhanku yang Maha Baik.

Bisakah aku minta sesuatu?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun