Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Artikel Utama

Cerpen | Misteri Tuan Marbot

6 Juni 2018   16:11 Diperbarui: 6 Juni 2018   18:37 3047
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen | Misteri Tuan Marbot
Sumber: Akun Pinterest Sheikh Saleem

Ia masih muda. Tampan. Berkulit putih bersih. Tatap matanya bening. Tutur katanya lembut dan pembawaannya kalem.

Sebagai ciptaan Tuhan kukira ia adalah mahluk paling sempurna tiada bercela.

Siapakah dia? Entahlah. Tak ada satupun yang tahu dari mana dia berasal. Dia datang begitu saja. Mengaku sebagai musafir yang butuh tempat tinggal untuk berteduh sementara.

Adalah Ayahku, Haji Rahman, yang belakangan ingin memugar surau tua di samping rumah kami. Surau yang sudah lama tidak terurus. Terbengkalai. Walau sebenarnya surau itu sudah diwakafkan kepada penduduk setempat. Tapi tidak ada yang peduli.

Kondisi surau amat memprihatinkan. Kayu kusennya sudah lapuk digerogoti rayap. Langit-langitnya nyaris ambruk. Dindingnya lembab berjamur.

Kehadiran pemuda asing itu tentu sedikit banyak mencerahkan hati Ayah. Paling tidak pria sepuh itu memiliki teman berbincang yang bisa diajaknya berdiskusi merencanakan pemugaran yang sudah lama diinginkannya.

Meski kehadirannya yang tiba-tiba tak pelak menimbulkan tanda tanya bagi tetangga sekitar. Banyak yang sengaja datang ke rumah untuk bertanya langsung kepada Abah---begitu aku memanggil ayahku, tentang siapa sosok tampan yang misterius itu.

Biasanya Abah akan memberi jawaban singkat saja, "Ia utusan Gusti Allah yang akan menemani dan membantuku membereskan surau yang terbengkalai ini."

Sebagian tetangga cukup puas dengan jawaban Abah. Tapi tak jarang yang berkerut kening. Bahkan meminta Abah untuk berhati-hati.

"Sekarang musim teroris berkeliaran, Wak Haji. Ingat peristiwa beberapa tahun lalu? Sebaiknya kita waspada menerima kedatangan orang asing," salah seorang tetangga kami mengingatkan Abah.

"Terima kasih sudah di-eling-kan. Tapi aku yakin Bilal sosok yang baik. Kalau pun ia berniat tidak baik, semoga tinggal bersamaku ia berubah menjadi baik," Abah menyahut bijak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun