Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan featured

Lebaran, Salaman, dan Obrolan

15 Juni 2018   20:37 Diperbarui: 5 Juni 2019   00:54 1974
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kue-kue lebaran menunggu disantap (dokpri)

Ketiga keponakanku beberapa kali menguap lebar. Mereka rupanya tak mampu menyembunyikan kantuknya di hadapan para saudara yang datang. Kemudian, trio bersaudara itu pun menghilang untuk tidur sejenak di peraduan. Amplop berisi uang tak lepas dari genggaman.  Tak sampai dua jam beristirahat, mereka kembali bersemangat menuju rumah paman bibinya.

Bagi mereka yang dewasa lebaran berarti waktunya bersilaturahmi dan bersalaman.  Sedangkan bagi anak-anak seperti para keponakan, lebaran berarti suasana yang semarak dan dapat uang banyak.

Kesemarakan lebaran itu dimulai dari malam sebelumnya, yakni malam takbiran. Dua keponakanku yang masih SD sekitar jam delapan malam langsung berlarian ke masjid dekat rumah. Mereka bersemangat ikut takbiran. Meskipun tidak ada takbir keliling tak mengapa. Mereka baru pulang sekitar jam sepuluhan malam.

"Mereka yang bisa memaknai Ramadan dan merupakan pemenang adalah mereka yang tetap menjaga mata, hati dan sikapnya seperti saat ia berpuasa selama Ramadan."

Ibu masih sibuk memasak opor dan kawan-kawannya. Sedangkan aku diminta untuk merapikan rumah dan jajanan di ruang depan. Sekitar pukul sebelas malam, rumah pun sudah mulai senyap. Sementara di luar takbir masih berkumandang meskipun suaranya mulai lebih lemah.

Opor ayam pun kemudian siap diangkat (dokpri)
Opor ayam pun kemudian siap diangkat (dokpri)
Jam empat pagi aku terbangun. Penghuni rumah sudah bergantian untuk mandi dan sholat Subuh. Gema takbir terus mengalun.

Pukul 05.30 tetangga dan warga mulai berangkat menuju masjid. Keponakanku sudah tak bisa diam dan ingin segera sholat Id. Pukul enam pagi rumahpun sudah sepi. Aku yang kebagian menjaga rumah pun bergegas mandi kemudian menyiapkan hidangan pagi selepas sholat Id.

"Hari raya itu bisa dimaknai tiap hari tanpa maksiat"

Sholat Idul Fitri tahun ini lebih pagi dari biasanya. Rata-rata di Malang sholat Idul Fitri diadakan pukul 06.30 WIB. Tapi kali ini pembukaan dilakukan pukul 06.15 WIB dan lima menit kemudian sholat pun dimulai. Selama tiga puluh menit selepas sholat Idul Fitri jamaah mendengarkan khutbah dan doa.

Meskipun tahun ini tidak mengikuti sholat Idul Fitri aku menyimak khotbahnya. Entah siapa khatibnya, aku tidak ingat dan tidak mencatatnya. Namun, pembahasannya cukup menarik.

Hari raya Idul Fitri bukan sekedar perayaan selepas bersusah payah menjalani bulan Ramadan. Makna Idul Fitri lebih suci dibandingkan sekedar baju baru dan kegerlapan lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun