Mohon tunggu...
Erni Purwitosari
Erni Purwitosari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Pesepeda dan pemotor yang gemar berkain serta berkebaya. Senang wisata alam, sejarah dan budaya serta penyuka kuliner yang khas.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Piknik Massal! Aktivitas Idul Fitri Hari Kedua

15 Juni 2018   05:15 Diperbarui: 15 Juni 2018   05:44 939
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Puasa Ramadan telah berakhir. Hari kemenangan pun tiba juga. Hari Raya Idul Fitri. Semua umat muslim di penjuru dunia merayakannya dengan penuh suka cita. Jika hari pertama diisi dengan silaturrahim ke tetangga sekitar dan juga sanak saudara. Maka hari kedua lebaran biasanya diisi dengan acara piknik. Piknik Massal!

Bagaimana tidak? Karena hampir semua orang di mana pun berada. Baik di kota-kota besar maupun pelosok desa, melakukan hal yang sama. Yaitu piknik. 

Meskipun setiap tahun pemberitaan tentang macetnya jalanan dan padatnya tempat wisata saat lebaran marak terdengar. Tetapi hal serupa tetap dilakukan lagi dan lagi. Seolah tak ada kata kapok biarpun piknik pada hari lebaran itu penuh dengan kesengsaraan.

Sengsara? Iya. Bayangkan. Bagi yang membawa kendaraan harus rela antri berjam-jam untuk bisa memasuki area wisata. Karena padatnya pengunjung. Sementara bagi para pejalan, juga rela berjalan kaki hingga puluhan kilometer demi mencapai tujuan. Tak lain semua itu dilakukan dengan satu alasan, mumpung.

Ya, mumpung kumpul semua. Mumpung ada yang nyetir mobil. Dan mumpung...mumpung lagi. "Kapan lagi bisa kumpul seperti ini? Belum tentu tahun depan bisa begini?"Alasan seperti itu yang mendasari semua untuk melakukan piknik pada hari kedua lebaran. Maka terjadilah piknik massal yang bisa dijumpai hampir di semua tempat wisata.

Dan saya pernah merasakan hal yang sama. Terjebak dalam situasi yang serba salah. Tak ikut Emak marah. Ikut, saya merana. Bagaimana tidak merana? Piknik yang dilakukan ternyata bukan piknik biasa. Artinya memang sudah benar-benar dipersiapkan. Mulai dari makanannya, jajanannya, karpetnya, semua sudah disiapkan dari rumah. "Nanti di sana enggak usah jajan. Bawa makanan sendiri aja. Kita gelar tikar di bawah pohon. Anak-anak bisa main dengan puas. Kita bisa tidur-tiduran sampai pulas."

Masalahnya? Pohon mana yang kosong? Semua orang berpikiran sama. Jadilah kami harus mengelilingi area wisata guna mencari tempat yang bisa untuk menggelar tikar. Dan itu bukan hal mudah. Disinilah saya merasa merana sekali demi piknik keluarga. Tapi inilah kemudian yang menjadi kenangan tak terlupakan.

Benar kata emak saya. Dan sepertinya pemikiran emak-emak lain juga. "Kapan lagi bisa begini? Mumpung kumpul semua?" Sebab memang demikian yang terjadi. Bahkan tidak hanya satu keluarga saja yang berpikiran seperti itu. Dalam satu RT bisa terjadi hal yang sama. Ingin piknik ke suatu tempat mumpung pada kumpul.

Alhasil, dikoordinirlah acara piknik bersama dengan menyewa satu bus besar. Bahkan jauh-jauh hari hal ini sudah dirancang sedemikian rupa. Terlihat dari pemflet yang disebar dan ditempel di penjuru kampung agar semua warga mengetahui hal ini. Dan diharapkan mereka bisa ikut serta dalam kegiatan piknik tersebut. 

Adapun tempat-tempat wisata yang menjadi tujuan piknik massal biasanya yang memilki area luas. "Biar anak-anak bisa puas main dan kita bisa menggelar tikar." Begitu alasan yang umumnya dilontarkan. Jadilah Kebun Binatang, TMII, Pantai Ancol, Pantai Anyer dan Cibodas sebagian tempat wisata yang menjadi incaran warga. 

Menyenangkan anak-anak merupakan prioritas masyarakat dalam melakukan kegiatan piknik massal ini. Oleh karena itu tempat-tempat wisata yang membuat anak-anak leluasa bergerak dan bermain menjadi pilihan favorit para emak. Sedangkan para bapak hanya meng-aamiiinkan asal anak dan istri happy. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun