Mohon tunggu...
Yulianto
Yulianto Mohon Tunggu... Penerjemah - Menulis saja

Menulis saja

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Safari ke Tiga Masjid Tertua Peninggalan Kerajaan Makassar

20 Mei 2018   21:08 Diperbarui: 20 Mei 2018   21:33 2020
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: makassar.tribunnews.com

Menelisik jejak syiar Islam di tanah Sulawesi, khususnya Sulawesi Selatan akan membawa kita pada sejarah salah satu kerajaan di Sulawesi, yaitu Kerajaan Gowa-Tallo. Sekitar abad ke-16, dua kerajaan, yaitu Golla dan Tallo berikrar sebagai kerajaan Islam. Hal ini berkat keberhasilan dakwah yang dilakukan oleh ulama terkemuka Dato' ri Bandang dan Dato' Sulaiman.

Persekutuan sesama kerajaan yang awalnya berlatar belakang Hindu pun akhirnya bubar. Tepat pada 1528 M, Kerajaan Gowa dan Tallo meleburkan diri menjadi satu kerajaan Islam yang kemudian dikenal dengan nama Kerajaan Makassar. 

Raja Gowa Daeng Manrabia didapuk sebagai raja Gowa Tallo dengan gelar Sultan Alauddin. Sedangkan, Raja Tallo Karaeng Matoaya didaulat sebagai perdana menteri bergelar Sultan Abdullah. Penyebaran Islam pun semakin pesat di kota daeng sejak saat itu.

Salah satu jejak penyebaran Islam kerajaan Makassar yang masih bisa ditelusuri hingga saat ini adalah Masjid. Selain digunakan sebagai tempat beribadah bagi umat Muslim, Masjid juga menjadi pusat penyebaran Islam kepada masyarakat. Berikut ini adalah tiga Masjid tertua peninggalan kerajaan Makassar yang masih sering digunakan hingga saat ini.

1. Masjid Tua Katangka

Sumber: ews.rakyatku.com
Sumber: ews.rakyatku.com
Masjid tertua peninggalan kerajaan Makassar adalah masjid Tua Katangka. Masjid ini memiliki nama asli Al-Hilal, dibangun pada masa pemerintahan Sultan Alauddin I, I Manga'rangi Daeng Manrabbia pada tahun 1603. Masjid ini terletak di Jalan Syekh Yusuf Katangka, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.

Di masjid inilah ajaran Islam pertama kali disebarkan di Sulawesi Selatan. Lokasi berdiri Masjid Katangka saat ini dahulunya merupakan tempat salat rombongan ulama dari Yaman yang mengembara ke Sulawesi untuk menemui Raja Gowa dan mensyiarkan Islam. Mereka singgah melaksanakan Shalat Jumat di tempat yang kini menjadi masjid.

Selepas shalat, mereka lalu melanjutkan perjalanannya ke Kerajaan Gowa. Namun, kedatangan ulama Yaman ini sempat ditolak oleh sang raja. Tak menyerah, mereka kemudian  mendatangi ulama penyebar Islam asal Minangkabau, Dato' ri Bandang.

Akhirnya, Raja Gowa XIV I Mangarangi Daeng Manrabbia bersedia menerima Islam dan menjadikannya sebagai agama kerajaan. Kemudian, dibangunlah masjid di tempat para ulama Yaman melaksanakan Salat Jumat. Bangunan masjid ini ditopang oleh empat tiang utama, menyimbolkan empat sahabat utama Rasul yaitu Abu Bakar As Siddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib.

Masjid ini ditetapkan sebagai cadar budaya pada bulan Oktober 1999. Masjid Tua Katangka sudah mengalami enam kali renovasi. Beberapa pemugaran yang tercatat yaitu pada tahun 1818 oleh Mangkubumi Gowa Sultan Kadir, tahun 1826 oleh Raja Gowa Sultan Abdul Rauf, tahun 1893 oleh Raja Gowa Sultan Muhammad Idris, tahun 1948 oleh Raja Gowa Sultan Muhammad Abdul Aidid dan Qadhi Gowa H Mansyur Daeng Limpo, tahun 1962 oleh Mangkubumi Gowa Andi Baso Daeng Rani Karaeng Bontolangkasa, serta pemerintah pada tahun 1973, 1978, 1980, hingga tahun 2007 dengan dana pemerintah dan hasil swadaya masyarakat Kabupaten Gowa.

2. Masjid Jongayya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun