Hembusan Angin Laut Jawa
Angin laut Jawa, lembut mengusap rambutmu, seperti tiga puluh tahun yang lalu, mengulang pertemuan itu, dalam debar alun kecil laut Jawa.
Pertemuan yang diangankan sejak puluhan purnama, tapi semua cerita telah jadi basi, sejak angin laut Jawa tanpa kausadari telah menanam garis-garis kenangan pada wajahmu, tapi kerut pada wajahmu bukan alasan untuk menyurutkan asa akan pertemuan ini.
Angin laut Jawa tak terlalu keras untuk membangkitkan perasaan cinta lagi, dingin dan sepi, sebab debar asmara hanya berupa sinyal lemah, lalu lalang orang hanya meninggalkan kesan bahwa dunia kita akan segera berakhir, masa kita hampir tuntas, dan kita biarkan senja itu, bunga layu dalam dada.
Angin laut Jawa lembut mengusap rambutmu, sebaris kenangan samar di ujung titik nadir, pada lengkung langit batas air dan awan, sekawanan camar adalah perasaan teriris, kehilangan seseorang yang pernah duduk berhadapan, tiga puluh tahun yang lalu, secangkir teh hangat dipesankan untuknya, tapi kau tak lagi hadir di sini.
Tapi jejakmu masih hangat, sapamu masih jelas terngiang, tapi rinduku tak pernah pupus, air mataku beku pada bangku tempat kau duduk, dan sepi kehilangan masih lekat di sini.